Isu Plagiarisme Menyeret Nama Seorang Profesor Senior: Kasusnya Sedang Diselidiki NTU Singapura

Isu Plagiarisme Menyeret Nama Seorang Profesor Senior: Kasusnya Sedang Diselidiki NTU Singapura

Nanyang Tehnologi University (NTU) Singapura diguncang isu plagiarisme yang dilakukan salah seorang profesornya (ilustrasi)

Singapura, Batamnews - Nanyang Technological University (NTU) Singapura tengah menyelidiki salah seorang profesornya. Profesor senior itu dituduh telah  melakukan plagiarisme atau menjiplak proyek tugas akhir seorang mahasiswa dalam makalah penelitiannya.
  
Klaim pertama kali muncul di forum online Reddit pada hari Selasa oleh seseorang yang mengaku sebagai mahasiswa NTU. 

Dia menemukan kesamaan mencolok antara makalah penelitian Associate Professor Qu Jingyi berjudul "Escape As A Mode Of Existence: On Ruan Ji’s Escapism Complex" yang diterbitkan tahun 2018 dan proyek Mr. Wang Yueming berjudul "Escapism In The Literary Works Of Ruan Ji" yang dikerjakan pada tahun 2014.

Baca juga: Menjelajahi Pulau-Pulau Indah di Batam: Pesona Ranoh, Mubut, dan Tunjuk

Prof. Qu adalah Kepala Jurusan Bahasa Tionghoa di Sekolah Humaniora NTU dan wakil direktur Centre for Chinese Language and Culture. Ia juga merupakan pembimbing proyek akhir Mr. Wang pada tahun 2014.

Seperti dikutip straitstimes, Jumat (28/7/2023), makalah Prof. Qu yang ditulis dalam bahasa Inggris telah dimuat di Academia.edu, sebuah repositori terbuka untuk artikel akademik. Namun, makalah tersebut sekarang sudah dihapus.

Pemeriksaan oleh The Straits Times menemukan bahwa lebih dari 50 persen dari makalah Prof. Qu sangat mirip dengan terjemahan langsung dari makalah Mr. Wang pada tahun 2014, tanpa mencantumkan atribusi pada yang terakhir. Bagian-bagian ini termasuk analisis puisi dan kesimpulan yang didasarkan pada makalah penelitian terkait.

Terutama pada paruh kedua makalah Prof. Qu, di mana ia menganalisis empat puisi penyair Tiongkok dari Dinasti Han, Ruan Ji. Ia sepertinya mengambil observasi dari makalah Mr. Wang sebagai miliknya sendiri.

Baca juga: Warung Remang-remang di Rohul Riau Dibakar Emak-emak, Polisi dan Satpol PP Lakukan Penertiban

Sebagai contoh, Prof. Qu menulis dalam analisisnya mengenai suatu puisi: "Apakah Yang Zhu menangis di persimpangan jalan atau Ruan Ji merasa sedih karena jalannya (takdir)? Jawabannya jelas. 

Dua baris yang terlihat dalam puisi berikutnya, 'Tenggelamnya burung yang melayang terlihat/ Ikan yang berenang dengan ceria dilihat dari bawah', menggambarkan gambaran 'kebebasan burung yang terbang dan ikan yang berenang', sebenarnya merepresentasikan keinginan Ruan Ji untuk kebebasan."

Sebuah terjemahan analisis Mr. Wang dalam bahasa Mandarin dari puisi yang sama berbunyi: "Apakah itu Yang Zhu yang menangis di jalan atau Ruan Ji yang sedih karena jalannya, jawabannya sangat jelas. 

Kemudian dalam puisi, ada dua kalimat 'melihat burung terbang ke atas, melihat ikan berenang ke bawah' untuk menggambarkan gambaran 'kebebasan burung terbang dan ikan berenang', yang sebenarnya mengungkapkan kerinduan Ruan Ji akan kebebasan."

Baca juga: Buka Peluang Kerja, Kepala BP Batam Dukung Pengembangan KEK Batam Aero Technic

Dalam bagian lain makalahnya, Prof. Qu memberikan saran yang sama dengan Mr. Wang tentang topik escapism. 

Ia menulis: "Oleh karena itu, makalah ini menyarankan bahwa, berbeda dengan konvensi umum yang menyebut escapism sebagai istilah dengan konotasi merendahkan, escapism juga dapat dilihat sebagai istilah netral. Karena escapism adalah cara efektif untuk melindungi diri, memahami escapism dapat membawa pemahaman positif tentang kecenderungan manusia saat dihadapkan pada situasi sulit."

Pasasse yang sama dalam bahasa Mandarin terdapat dalam makalah Mr. Wang: "Oleh karena itu, penulis percaya bahwa escapism juga bisa menjadi istilah netral dibandingkan dengan kosakata umum yang dianggap merendahkan. Memahami escapism dapat membawa pemahaman positif tentang kecenderungan manusia untuk menghadapi situasi yang menekan, karena 'escapism adalah cara efektif untuk melindungi diri'."

Baca juga: Ratusan Titik Api Terpantau di Sumatera, Riau 10 dan Kepri 1 Titik

Menanggapi pertanyaan dari The Straits Times, juru bicara NTU menyatakan bahwa universitas tersebut tengah menyelidiki tuduhan terhadap Prof. Qu.

Juru bicara tersebut mengatakan: "Universitas berkomitmen untuk menjaga standar etika dan profesionalisme yang tertinggi dan sangat serius menanggapi tuduhan pelanggaran akademik. School of Humanities tengah menyelidiki tuduhan tersebut, dan tidak pantas untuk memberikan komentar lebih lanjut selama penyelidikan berlangsung."

Prof. Qu bergabung dengan NTU pada tahun 2010 dan memiliki gelar PhD dari Peking University dan University of Wisconsin-Madison, sesuai dengan profilnya di situs web universitas. Ia telah menerbitkan lebih dari 100 karya ilmiah dalam bahasa Inggris dan Mandarin, termasuk 49 artikel jurnal.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews