Pengakuan Hotman Paris Pernah Ingin Bunuh Diri Pakai Obat Nyamuk

Pengakuan Hotman Paris Pernah Ingin Bunuh Diri Pakai Obat Nyamuk

Hotman Paris Hutapea. (ist)

Jakarta - Hotman Paris dikenal sebagai pengacara, pengusaha dan juga sebagai artis top Indonesia. Namun siapa sangka, di balik kesuksesannya saat ini, pengacara berdarah Batak itu sempat terpikirkan untuk bunuh diri

"Saya pernah mau bunuh diri," kata Hotman Paris saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, kemarin.

Ayah tiga anak itu menceritakan, setelah lulus cepat dari perkuliahannya dan menjadi Sarjana Hukum, ia ditawari bekerja di Bank Indonesia. Namun saat bekerja di sana, ia merasa frustasi karena kesulitan mempelajari soal hitungan.

"Saya waktu lulus, saya lulus cepet, saya umur 20 tahun dulu saya di Universitas Parahyangan. Masuk di OC Kaligis kemudian masuk di Buyung. Saya masuk di kantor pengacaranya yang kuliahnya banyak. Tiba-tiba sama profesor Subekti yang menulis Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ngirim saya, 'Kau diterima di Bank Indonesia tanpa test', katanya, karena prestasi. Saya masuklah di Bank Indonesia yang di Thamrin itu," terang Homan Paris.

"Tapi gue nggak ngerti pelajarannya, saya kan setahun disuruh sekolah. Yang saya nggak suka ngitung apa, neraca, padahal saya nggak ngerti. Akhirnya saya frustrasi, frustrasi," jelasnya.

Merasa frustrasi, Hotman Paris sempat terpikirkan untuk meminum racun obat nyamuk untuk mengakhiri hidupnya. "Saya pernah mau minum Baygon, obat nyamuk. Saya pernah mau minum racun itu obat nyamuk," ujar Hotman Paris.

Namun suatu ketika, ia melihat tukang becak yang terlihat tertawa tanpa beban di sekitar kediamannya. Melihat hal tersebut, Hotman Paris mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidupnya.

"Tapi, pas saya mau minum, Tiba-tiba, itu di daerah Sunter ya, tiba-tiba di depan rumah saya itu ada tukang becak lagi main gaple. Mereka ketawa-ketawa. Saya baru sadar, tukang becak bisa main gaple ketawa-ketawa, saya sarjana hukum kerja di Bank Indonesia kok mau bunuh diri?" ucap Hotman Paris.

Pada akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan yang membuatnya frustrasi.

"Akhirnya di situlah momen saya berkata, 'Saya harus keluar dari bank Indonesia', dan di situlah saya pertama kali saya masuk kantor bapaknya Nadiem Makarim. Itu lah momen yang saya lalui," pungkasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews