Kemenkes RI Rencanakan Booster COVID-19 Kedua, Siapa Jadi Prioritas?

Kemenkes RI Rencanakan Booster COVID-19 Kedua, Siapa Jadi Prioritas?

ilustrasi.

Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan rencana pemberian vaksin COVID-19 dosis keempat atau booster kedua. Dengan pertimbangan, antibodi terhadap virus Corona hanya bertahan selama sekitar enam bulan pasca vaksinasi.

 

Terlebih jika pandemi masih berlanjut dalam waktu lama, vaksinasi booster sangat diperlukan sebagai penguat antibodi khususnya pada kelompok rentan seperti lansia, tenaga kesehatan, dan yang melayani publik.

"Beberapa negara ada yang sudah memulai vaksinasi booster kedua, tetapi belum semua, karena seperti kita, dia vaksinasi booster pertamanya saja belum terpenuhi," kata juru bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril, Jumat (22/7/2022).

"Tetapi perencanaan itu sudah ada. Pertimbangannya dari apa? Pandemi ini kan jangka panjang, sementara masa aktif antibodi setelah 6 tahun itu kan berkurang atau menurun," sambungnya.

Syahril menjelaskan, mayoritas pasien Corona yang aktif di gelombang baru hanya menjalani isolasi mandiri. Temuan tersebut membuktikan vaksinasi COVID-19 ampuh melawan risiko gejala berat. Meskipun vaksinasi booster memang tidak mencegah individu dari penularan virus.

Namun, ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro menjelaskan pihaknya belum merekomendasikan vaksinasi COVID-19 dosis keempat. Pasalnya, cakupan vaksinasi dosis pertama hingga ketiga di Indonesia masih jauh dari jumlah sasaran.

"ITAGI belum merekomendasikan dosis keempat. Jangkauan dosis pertama sudah bagus 90-an persen, dosis kedua agak rendah meskipun sudah lumayan juga, 81 persen," jelasnya seperti dikutip Antara News, Sabtu (23/7).

Sebelumnya, ITAGI mengungkapkan kepada Kemenkes RI bahwa vaksinasi dosis keempat perlu diberikan kepada masyarakat yang beresiko tinggi, seperti lansia di atas 65 tahun.

"Itu yang dianjurkan oleh WHO, tapi kan setiap negara lain punya kesimpulan sendiri. Misalnya, di Thailand, tren wisata yang mumpuni ya jadi pegawai wisata itu didahulukan untuk dosis keempat," jelas Sri.

 

Di samping itu, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, menyatakan vaksinasi COVID-19 dosis keempat tepat dilakukan di Indonesia. Terutama, pada kelompok berisiko tinggi.

"Booster kedua memang patut diberikan di negara kita, setidaknya pada kelompok risiko tinggi," jelasnya via detikom, Sabtu (23/7/2022).

Menurutnya, pelaksanaan vaksinasi dosis ketiga tetap dapat berjalan beriringan dengan vaksinasi dosis keempat. Sehingga tingkat jangkauan vaksinasi dapat terus meningkat sesuai jumlah sasaran.

"Tapi saya setuju juga jika booster pertama kita tingkatkan dulu, namun bisa beriringan untuk yang sudah booster pertama silakan datang ke fasilitas kesehatan untuk melakukan booster kedua," tambahnya.

Lebih lanjut, Prof Tjandra mengungkapkan sejumlah alasan vaksinasi COVID-19 dosis keempat perlu dilaksanakan. Tak lain kekebalan yang menurun pasca vaksinasi, kemunculan subvarian Omicron baru, serta vaksinasi dosis keempat yang telah dilaksanakan di negara lain.

"Alasan pertama tingkat kekebalan vaksin akan menurun enam bulan pasca vaksin, termasuk booster, sehingga penting untuk para pekerja lapangan atau lansia," jelasnya.

"Subvarian baru dapat lolos dari antibodi dan negara lain telah melakukan vaksinasi dosis keempat, seperti Amerika dan Singapura," pungkasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews