Asia Jadi Wilayah Paling Rentan Diserang Penjahat Siber

Asia Jadi Wilayah Paling Rentan Diserang Penjahat Siber

ilustrasi

Batam, Batamnews - IBM merilis studi tahunan bertajuk X-Force Threat Intelligence Index 2021. Laporan itu menyebutkan bahwa Asia merupakan wilayah yang rentan terhadap serangan siber. Serangan siber ke wilayah itu, begitu massif.

Riset IBM ini merekam lebih dari 1 dari 4 serangan siber yang diamati secara global pada tahun 2021, serangan siber yang terjadi di Asia lebih banyak daripada wilayah lain mana pun dalam satu tahun terakhir.

Baca juga: Cyber Crime Polda Kepri Paling Banyak Tangani Penipuan Online Shop

"Layanan keuangan dan manufaktur mengalami hampir 60 persen serangan di Asia," tulis laporan tersebut.

Manufaktur merupakan industri paling ditargetkan oleh para penjahat siber khususnya di Asia. Meskipun phishing adalah penyebab paling umum dari serangan siber dalam satu tahun terakhir ini, IBM Security X-Force mengamati adanya peningkatan serangan siber sebesar 33 persen yang disebabkan oleh eksploitasi kerentanan perangkat lunak yang merupakan titik masuk paling diandalkan oleh pelaku ransomware selama tahun 2021.

"Hal tersebut merupakan penyebab dari 44 persen dari serangan ransomware," kata Charles Henderson, Head of X-Force melalui keterangan resminya, Kamis (10/3/2022).

Dalam laporan itu menyoroti tiga hal utama, yakni: komplotan ransomware tak pernah menyerah. Maksudnya adalah Ransomware bertahan sebagai metode serangan siber utama yang teramati pada tahun 2021. Menurut laporan tahun 2022, usia rata-rata kelompok ransomware sebelum dihentikan atau diganti namanya adalah 17 bulan.

Baca juga: Tim Cyber Crime Polda Kepri 24 Jam Selancari Dunia Maya Awasi Hoax

Kemudian, kerentanan Mengekspos “Masalah” Terbesar Bisnis. X-Force mengungkapkan bahwa bisnis di Asia, Eropa dan MEA, kerentanan unpatched software menyebabkan sekitar 50 persen serangan pada tahun 2021, yang memperlihatkan kesulitan terbesar bisnis – yaitu kerentanan dalam patching.

Lalu, tanda-tanda peringatan dini krisis siber di cloud. Penjahat siber menetapkan pijakan awal serangan dengan menargetkan lingkungan cloud, sesuai laporan tahun 2022 yang mengungkapkan adanya peningkatan 146 persen dalam kode ransomware Linux baru dan pergeseran ke penargetan yang berfokus pada Docker, yang berpotensi memudahkan lebih banyak pelaku ancaman memanfaatkan lingkungan cloud untuk tujuan jahat.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews