Apakah Putin akan Menekan Tombol Nuklir?

 Apakah Putin akan Menekan Tombol Nuklir?

Vladimir Putin

Moscow, Batamnews - Mari kita mulai dengan kenyataan bahwa banyak orang salah kira terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

Orang menilai dia tidak akan melakukan suatu tindakan tapi kemudian dia melakukannya.

"Dia tidak akan mencaplok Crimea." Dia melakukannya.

Baca juga: Vladimir Putin Umumkan Operasi Militer di Ukraina Dimulai

"Dia tidak akan memulai perang di Donbas." Dia melakukannya.

"Dia tidak akan menyerang Ukraina." Dia sudah melakukannya.

Kita bisa menyimpulkan kalimat "dia tidak akan melakukannya" tidak berlaku bagi Putin.

Dan itu bisa menimbulkan pertanyaan berikutnya yang lebih mencemaskan:

Apakah dia akan menekan tombol senjata nuklir lebih dulu?

Itu bukan pertanyaan teoritis. Putin sudah memerintahkan pasukan senjata nuklirnya untuk siaga satu setelah kesal dengan pernyataan dari para pemimpin NATO soal Ukraina.

Perhatikan apa yang sudah dikatakan Putin pada Kamis lalu ketika dia mengumumkan di televisi soal "operasi militer khusus" di Ukraina. Pada kenyataannya adalah penyerangan skala penuh dan dia memberi peringatan keras:

"Bagi siapa pun yang ingin ikut campur dari luar, jika kalian melakukannya, maka kalian akan menghadapi konsekuensi yang belum pernah kalian hadapi sepanjang sejarah."

"Putin terdengar seperti memberi ancaman langsung untuk perang nuklir," kata peraih Nobel Perdamaian Dmitry Muratov, pemimpin redaksi koran Novaya Gazeta, seperti dilansir laman BBC, Senin (28/2).

"Dalam pidato di TV itu Putin bukan bertindak sebagai pemimpin Kremlin, tapi lebih ke pemimpin planet Bumi, sama seperti pemilik mobil mewah yang pamer dengan memutar-mutarkan kunci mobil di jarinya. Putin memutar-mutar tombol nuklir. Dia berulang kali mengatakan: jika tidak ada Rusia, buat apa ada planet ini? Tak seorang pun mengindahkannya. Ini adalah ancaman jika Rusia tidak diperlakukan seperti yang dia mau, maka semuanya akan dihancurkan."

Dalam sebuah dokumenter 2018, Presiden Putin mengatakan "jika seseorang ingin menghapus Rusia, kami punya hak untuk merespons. Tentu itu akan jadi bencana kemanusiaan dan dunia tapi saya warga Rusia dan saya pemimpin negara. Buat apa kita butuh dunia tanpa ada Rusia?"

Sekarang sudah 2022. Putin melancarkan perang skala penuh terhadap Ukraina, tapi pasukan Ukraina cukup memberikan perlawanan. Negara Barat menerapkan sanksi ekonomi dan keuangan terhadap Moskow yang membuat Kremlin cukup terkejut. Sistem Putin yang selama ini ada kini goyah.

"Putin dalam kondisi terdesak," ujar pengamat pertahanan berbasis di Moskow, Pavel Felgenhauer. Dia tidak punya banyak pilihan lagi, ketika Barat mulai membekukan aset dari Bank Central Rusia dan sistem keuangan Rusia, maka sistem yang ada tidak akan bekerja.

"Salah satu pilihan bagi Putin adalah memutus pasokan gas ke Eropa dengan harapan Eropa akan limbung. Pilihan lainnya adalah meledakkan senjata nuklir di suatu lokasi di Laut Utara antara Inggris dan Denmark dan lihat apa yang terjadi."

Jika Putin memilih nuklir, apakah orang dalam lingkaran dekatnya akan mencoba mencegahnya atau menghentikannya?

"Elit politik Rusia tidak pernah berpihak pada rakyat," kata peraih Nobel Dmtry Muratov. "Mereka selalu berpihak ke penguasa."

Baca juga: Vladimir Putin: Maaf, Saya Tak Tertarik dengan Perang

Dalam hal Vladimir Putin dia adalah pemimpin yang kuat.

"Tak seorang pun berani melawan Putin," kata Pavel Felgenhauer. "Kita dalam posisi bahaya."

Perang di Ukraina adalah perangnya Putin. Jika Putin berhasil mencapai tujuan militernya, masa depan Ukraina sebagai negara berdaulat akan goyah. Jika Putin mulai gagal dan Rusia menderita banyak korban, kondisi itu bisa memicu Kremlin melakukan tindakan yang lebih putus asa.

Terlebih jika kalimat "dia tidak akan melakukannya" tidak lagi berlaku.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews