Epidemiolog: Gelombang 3 Pandemi Covid-19 Sulit Dicegah

Epidemiolog: Gelombang 3 Pandemi Covid-19 Sulit Dicegah

ilustrasi.

Jakarta, Batamnews - Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman menilai sulit bagi Indonesia mencegah terjadinya gelombang ketiga pandemi Covid-19. Sebab, masih banyak penduduk Indonesia yang belum memiliki imunitas.

Selain itu, Covid-19 varian Omicron sudah merebak di Indonesia. Omicron memiliki tingkat penularan dua kali lebih cepat dan menginfeksi empat kali lebih banyak dari varian Delta.

Baca juga: Deretan Orang Terkaya di Dunia Makin Tajir saat Pandemi Corona

"Mencegah gelombang ketiga ini seperti selalu saya sampaikan sulit sekali karena kayu bakarnya ada," katanya, Selasa (18/1/2022).

Di tengah merebaknya Omicron, Dicky menyebut 3T (Testing, Tracing, Treatment) di Indonesia terbatas. Kondisi ini membuat banyak kasus Omicron tidak terdeteksi dan tak tertangani.

Menurut Dicky, yang bisa dilakukan pemerintah saat ini ialah meminimalisir dampak dari gelombang ketiga pandemi Covid-19. Caranya, bisa mempercepat vaksinasi primer bagi masyarakat umum.

Kemudian, memberikan vaksinasi lanjutan atau booster bagi masyarakat berisiko tinggi terhadap Covid-19. Sejalan dengan itu, pemerintah harus membatasi aktivitas maupun waktu operasional kafe atau mal.

"Kafe atau mal harus memperketat skriningnya, memperkuat protokol kesehatan. Dalam artian bukan hanya sudah divaksinasi penuh tapi juga dalam masa atau durasi proteksinya," ujarnya.

Mantan Sekretaris Dewan Pengawas BPJS Kesehatan ini berpendapat pemerintah tidak perlu melakukan lockdown, menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), atau menutup kafe maupun mal untuk mencegah gelombang ketiga pandemi Covid-19. Cukup menerapkan dua pembatasan pada fasilitas publik atau pusat perbelanjaan. Pertama pembatasan kapasitas, kedua durasi.

"Durasi buka ini artinya harus ada kesempatan untuk tempat itu membersihkan diri. Artinya, sirkulasi udara, ventilasi. Bukanya misalnya tidak sampai larut malam, misalnya tadi sampai jam 10, jadinya hanya sampai pukul 8. Dimajukan waktu bukanya dari jam 7 misalnya atau jam 8. Ini yang bisa dilakukan," jelasnya.

Baca juga: Jemaah Bisa Umroh Lagi Usai 2 Tahun Terhalang Pandemi

Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi memprediksi gelombang ketiga pandemi Covid-19 terjadi pada pekan kedua dan ketiga Februari 2022. Pada puncaknya, penambahan kasus Covid-19 harian mencapai 40.000 sampai 55.000.

Menurut Nadia, ada tiga variabel yang akan memicu gelombang ketiga pandemi Covid-19. Pertama, rendahnya penerapan protokol kesehatan. Kedua, testing (pemeriksaan) dan tracing (penelusuran) kontak erat Covid-19 menurun. Ketiga, mobilitas penduduk meningkat.

"Mobilitas kini lebih dari 10 persen," katanya via merdeka.com, Jumat (14/1).

Berdasarkan hasil monitoring Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan memang menurun, baik menggunakan masker maupun menjaga jarak.

 

Data 26 Desember 2021, kepatuhan memakai masker mencapai 92,15 persen. Sementara pada 2 Januari 2022 turun menjadi 92,14 persen. Sedangkan kepatuhan menjaga jarak menurun jadi 90,38 persen pada 2 Januari 2022, dari sebelumnya mencapai 90,56 persen.

Sementara data testing Covid-19 pada 12 Januari 2022 menunjukkan, testing mingguan sebesar 0,29 persen. Meningkat tipis dari data 7 Januari 2022 yang hanya 0,18 persen.

Di tanggal yang sama, tracing kontak erat Covid-19 tercatat 11,69 persen. Menurun dibandingkan data 7 Januari 2022 yang mencapai 15,29 persen.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews