Lika-Liku Buruh di Batam Tuntut Kenaikan Upah Minimum Kota

Lika-Liku Buruh di Batam Tuntut Kenaikan Upah Minimum Kota

Aksi para kaum buruh perempuan di Batam dalam unjuk rasa menuntut kenaikan UMK. (Foto: Yude/Batamnews)

Batam, Batamnews - Banyak cerita menarik mengenai para buruh di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) yang berjuang menuntut kenaikan upah. Perlakuan tak mengenakkan hingga dicap tak bersyukur kerap mereka terima.

Sudah hampir 10 kali kaum buruh Batam melakukan aksi serupa. Tuntutan mereka pun sama. Hanya saja hal itu tak digubris oleh pemerintah. Hanya diiyakan saja, namun tak ada bukti nyata.

Baca juga: Dua Pekan Buruh Bertahan di Posko Keprihatinan Upah di Batam Center

Pemimpin Aliansi Serikat Pekerja Serikat Buruh (SPSB) Batam, Ramon mengakui hal itu. Tuntutan mereka bahkan sudah didudukkan dengan Gubernur Kepri, Ansar Ahmad. Tapi hanya sebatas sampai di situ saja. Artinya tak ada langkah pasti dari gubernur.

"Sudah 3 kali kita melakukan aksi di Kantor Gubernur sampai menginap di sana, bahkan sudah bertemu dengan yang bersangkutan (Ansar Ahmad). Tapi, ya, itu, cuma sampai di situ saja. Tuntutan diiyakan tapi tak ada bukti nyata," ujarnya saat berbincang dengan Batamnews, Rabu (12/1/2022).

Sampai sejauh ini, Ansar masih belum mau merubah SK. Ia terkesan memberi harapan palsu kepada para buruh.

Dilanjutkan Ramon, mereka hanya ingin pemerintah melakukan hal yang serupa seperti yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumbar dan DIY. Naikkan upah atau demo terus berlanjut.

Para buruh kini mendirikan Posko Keprihatinan Upah di Taman Aspirasi, Batam Center. Posko itu sudah ada sejak 29 Desember tahun lalu.

"Ini perjuangan. Namanya perjuangan tak pernah usai sampai tuntutan kita dikabulkan. Posko ini juga didirikan sampai Gubernur mau merevisi," kata dia.

Baca juga: Sudah 9 Kali Demo Revisi UMK 2022, Buruh Batam Enggan Menyerah

Mengenai UMK 2022 ini, ia menilai jauh dari kata layak. Belum lagi bicara soal lain; transportasi hingga kebutuhan pokok yang harganya melambung tinggi. Dengan kenaikan hanya diangka Rp 35 ribu saja per bulan, tentunya para buruh merasa kesusahan mencukupi kebutuhan.

Diceritakan Ramon, saat melakukan aksi, mereka kerap menerima perlakuan tak mengenakkan. Contoh, buruh Batam dicap sebagai orang yang tak bersyukur atas yang didapati.

"Mungkin itu keluar dari orang-orang yang pro pemerintah, itu hal biasa, pasti ada pro dan kontra. Tapi perlu saya ingatkan, ini bukan soal bersyukur atau tidak, tapi lebih kepada tuntutan mengenai kelayakan hidup di tengah situasi kondisi saat ini. Ya, sebagaimana kita ketahui, sejumlah harga bahan pokok itu melambung naik. Dengan besaran upah yang kami terima saat ini, saya rasa itu tak layak," ujar Ramon. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews