Vaksin Corona Mana yang Ampuh Lawan Omicron?

Vaksin Corona Mana yang Ampuh Lawan Omicron?

Foto: AP/Andreea Alexandru

Batam, Batamnews - Covid-19 telah bermutasi menjadi banyak varian, yang terbaru adalah Omicron. Omicron pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada November dan telah menyebar ke puluhan negara, termasuk Indonesia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melabeli Omicron sebagai sebagai Variant of Concern (varian yang menjadi perhatian/VOC). Dengan kategori VOC tersebut, Omicron menjadi varian virus Corona yang diduga mampu menyebabkan peningkatan penularan serta kematian dan bahkan dapat mempengaruhi efektivitas vaksin.

Baca juga: Terungkap! Ini yang Bikin Omicron Tak Lebih Ganas dari Delta

Ciri-ciri gejala varian Omicron diketahui sedikit berbeda dari varian sebelumnya. Meski demikian, beberapa ahli menyebut gejala varian Omicron lebih ringan.

Kepala Asosiasi Medis Afrika Selatan, dr. Angelique Coetzee, menyebutkan gejala Omicron sangat berbeda dari varian Delta. Ia menyebut gejala Omicron sangat mirip dengan gejala pilek atau flu. Ciri-ciri gejala varian Omicron, antara lain sakit kepala, nyeri tubuh, dan tenggorokan gatal.

Sementara itu Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan gejala umum varian Omicron yang terdeteksi sejauh ini, yakni batuk kering dan tenggorokan gatal (89%), letih (65%), hidung tersumbat (59%), demam (38%), mual (22%), napas pendek atau kesulitan bernapas (16%), dan diare (11%).

Baca juga: Riset Baru Sebut Vaksin Sinovac Tak Ampuh Lawan Omicron?

Mengenai kemampuan penularannya, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Dr Masdalina Pane, menjelaskan kemampuan menular Omicron lima kali lipat dari varian awal. Adapun vaksin booster disarankan untuk menghadapi varian tersebut.Lalu, vaksin apa yang efektif untuk menghadapi varian baru asal Afrika Selatan ini? Berikut hasil riset sementara vaksin COVID-19 melawan varian Omicron.

 

Vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna

Studi tentang hasil tes oleh perusahaan asuransi asal Afrika Selatan, Discovery Health, menemukan dua vaksin COVID-19 Pfizer 70% efektif melawan infeksi Omicron atau sedikit menurun dibandingkan dengan efektivitas awal yang berkisar 80%. Efektivitas tersebut juga termasuk melawan penyakit parah, atau kasus rawat inap.

Sementara studi Columbia University dan University of Hong Kong menemukan antibodi dari vaksin Pfizer 20 kali lebih rendah dalam melawan varian Omicron ketimbang varian asli. Dalam riset dari Inggris, dari 581 kasus Omicron, 32% telah menerima dua dosis vaksin Pfizer 15 minggu sebelumnya atau lebih dari itu.

Lagi-lagi peneliti menyimpulkan vaksinasi booster membuat perlindungan meningkat. Antibodi vaksin Pfizer melawan Omicron diklaim kembali meningkat sama seperti menghadapi infeksi varian awal.

Namun, dibandingkan Pfizer, studi tersebut melihat penurunan antibodi lebih sedikit saat melawan Omicron. Penurunan antibodi vaksin Moderna terhadap Omicron terjadi sembilan kali lipat dibandingkan dengan infeksi varian sebelumnya. Di akhir kesimpulan kembali ditekankan antibodi meningkat tinggi setelah diberikan vaksin booster dengan jenis serupa.

Vaksin AstraZeneca

Data per 14 Desember dari badan Keamanan Kesehatan Inggris, Universitas Oxford, dan Imperial College London menunjukkan infeksi COVID-19 Omicron membuat perlindungan dari dua dosis vaksin AstraZeneca mengalami penurunan.

Studi tersebut melibatkan 188 ribu orang. Meski begitu, hasil studi didasarkan pada jumlah sampel yang sangat kecil untuk Omicron yakni 581 kasus dibandingkan 56.439 kasus varian Delta, dan belum peer review.

Dari 581 kasus Omicron, 20% di antaranya tidak divaksinasi, yang merupakan 11% dari keseluruhan hasil tes yang dilihat. Sedangkan 33% lainnya telah menerima dua dosis vaksin AstraZeneca berselang 15 minggu atau lebih. Riset kemudian mengklaim dua dosis vaksin AstraZeneca diikuti booster Pfizer bisa meningkatkan perlindungan.

Vaksin Sinovac

Perusahaan China Sinovac's CoronaVac adalah salah satu vaksin yang paling banyak dikirim secara global, memasok vaksin ke sejumlah negara Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara, meskipun tingkat efikasi dari hasil studi lebih rendah ketimbang vaksin COVID-19 lain. Bahkan Brasil menyarankan vaksinasi booster Sinovac untuk usia lebih tua sebelum negaranya diserang Omicron.

Studi laboratorium Universitas Hong Kong menunjukkan bahwa sampel dari orang yang menerima dua dosis vaksin Sinovac gagal menghasilkan antibodi yang dapat dideteksi melawan Omicron, sehingga kesimpulannya suntikan booster diperlukan.

Namun, dalam laporan riset terbarunya, tiga dosis vaksin Sinovac diklaim tak mampu melawan varian Omicron. Dikutip dari Reuters, peneliti menilai vaksin Covid-19 berbasis mRNA untuk booster Pfizer lebih efektif diberikan untuk membentuk kekebalan terhadap varian Omicron.

Hanya saja peneliti tidak menjelaskan lebih lanjut berapa besar antibodi yang dihasilkan vaksin Sinovac atau Pfizer melawan varian Omicron. Para ahli menyarankan penerima dua dosis vaksin Sinovac untuk mencari vaksin jenis lain jika ingin mendapatkan dosis vaksin booster atau vaksin COVID-19 ketiga.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews