Jangan Bahagia Dahulu Soal Pertumbuhan

Jangan Bahagia Dahulu Soal Pertumbuhan

Ilustrasi.

Oleh: Robby Patria

JANGAN terlalu bahagia kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tembus 6,9 persen di Kepri yang dibandingkan dengan triwulan kedua tahun 2020 di mana saat itu kita minus 6,8 persen. 

Yang kita waspadai, kenaikan triwulan II dari triwulan I hanya 0,01 persen. Dan ini jauh di bawah kenaikan triwulan dua nasional yang mencapai 3 persen lebih.

Pemda harus waspada pada status PPKM akan tampak di laporan pertumbuhan ekonomi di triwulan III. Jika ada kenaikan maka itu sebuah pertahanan yang memerlukan kreativitas di banyak lini. 

Karena PPKM darurat tentu membatasi semua gerak kita di banyak sektor. Artinya, lulus dari  kondisi kontraksi di triwulan III, maka kita benar benar dalam kondisi yang baik. Kita semua berharap tidak ada kontraksi di triwulan ketiga. 

Belanja pemerintah daerah harus digesa dan dimaksimalkan di kuarter III ini agar mampu mendorong konsumsi masyarakat lebih maksimal. Jika APBD masih dipendam di bank bank pemerintah daerah, maka bisa berdampak buruk terhadap konsumsi. Akhirnya pertumbuhan bisa menurun di akhir quarter III.

Efek pandemi sejak setahun lebih lalu juga dapat dirasakan adanya kenaikkan gini ratio di Kepri sebesar 0,009 dari semula 0,334 menjadi 0,343. Artinya ada kalangan yang pendapatannya bertambah selama pandemi sehingga pengeluaran mereka meningkat.

Namun di satu sisi ada kalangan yang terdampak pandemi sehingga pendapatan mereka berkurang. Tentu kalangan ini mengerem laju konsumsi harian untuk bisa bertahan di tengah kehidupan pandemi. 

Misalnya kalangan pekerja hotel selama masa pandemi, ada yang diberhentikan sehingga mereka mengerem laju konsumsi. Kemudian mereka yang berusaha di bidang kuliner. Akibat adanya status PPKM penjualan mereka menurun akibatnya pendapatan juga menurun.

Tentu ada juga kelompok yang merasakan kenikmatan selama pandemi dengan bertambahnya pendapatan. Misalnya sektor bidang kesehatan, telekomunikasi, maupun di bidang industri pengolahan. Ada kenaikan penjualan obat obatan yang diperlukan oleh masyarakat selama masa pandemi. 

Begitu juga sektor telekomunikasi terjadi kenaikan penjualan paket paket data untuk kepentingan warga selama pendidikan jarak jauh dan e-learning. Inilah contoh dua sektor yang memberikan pendapatan lebih tinggi dari kalangan yang terdampak. Tentu saja gini ratio jadi meningkat akibat adanya ketimpangan pendapatan.

Pemprov Kepri sebagai koordinator antaradaerah, harus mendistribusikan kue APBD dengan baik di Kepri. Sehingga adanya suntikan APBD Kepri ke kabupaten kota dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi. 

Saat ini, PDRB Kepri terjadi kenaikan di bidang industri pengelolaan naik 41,9 persen, kontruksi naik 19,24 persen, dan pertambangan penggalian sebesar 11,90 persen dan keempat sektor perdagangan besar, eceran, penjualan mobil tumbuh 8,33 persen.

Keeempat sektor ini memang mayoritas di Batam. Wajar Batam memberikan kontribusi PDRB hingga 63 persen. Didukung dengan dana infrastruktur yang lebih besar dari APBN di BP Batam, APBD Kepri dan infrastruktur dari APBD Batam membuat sektor konstruksi tumbuh tinggi di Batam di bawah industri pengolahan.

Sementara itu kontribusi Bintan, dan Tanjungpinang 7 persen lebih. Ketimpangan ini harus digenjot maksimal misalnya memberikan proyek proyek infrastruktur di daerah lain sehingga belanja APBD untuk proyek infrastruktur bisa menambah pertumbuhan PDRB di daerah tersebut yang selama  ini didominasi Batam.

Ajakan Wali Kota Batam Muhammad Rudi mengajak memakan lele yang diterbitkan media di Batam salah satu upaya menambah pendapatan di sektor UMKM. Bukan hanya lele yang harus ditingkatkan, namun UMKM lainnya. 

Bintan diharapkan terbantu karena ada ekspor besar produk olahan dari kawasan industri PT Bay beberapa waktu lalu. Sementara di Tanjungpinang memang tak banyak dari sektor industri olahan. Daerah ini mengandalkan sektor belanja pemerintah dan perdagangan.

Intinya memasuki triwulan ketiga, maka kita harus tetap waspada dan terus meningkat kewaspadaan terhadap pandemi. Semakin membaik situasi pandemi, dan terkendali, maka pertumbuhan ekonomi akan bisa optimistis bertahan. Kalaupun turun, tak terlalu tajam ke bawah. 

Namun jika pandemi tak terkendali, harapan pertumbuhan ekonomi tinggi akan pupus. *

Penulis adalah Wakil Ketua ICMI Tanjungpinang.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews