Skandal? Lupakan Saja

Skandal? Lupakan Saja

Ilustrasi.

Oleh: Iskandar Zulkarnain Nasution

FOTO itu menggegerkan. Ya foto seorang Walikota di provinsi Kepri, masih di Indonesia telah menggegerkan media sosial dan media online. Foto dengan narasi yang menyakitkan bagi kita yang membacanya beredar secara massif. Ntah apa maksudnya. Hanya selembar foto, yang bahkan tidak menunjukkan apapun bila dihadapkan kepada mereka yang ahli dalam bidang fotografi, tidak seperti yang dinarasikan itu.

Untunglah sang Walikota, kebetulan Walikota Perempuan yang kedua yang pernah memerintah di Kota segantang lada itu kukuh dan tidak tergoyahkan. Sang Suami pun memberi kesaksian yang membantah semua narasi terkait foto, yang menurut sang suami, dan sememangnya begitu jika kita perhatikan betul sudut gambar dan cara pengambilannya, adalah hasil cropping, editan dan narasi yang dibuat sedemikian rupa. 

Tujuannya disebut pemerasan, entah bentuk pemerasaan seperti apa, tidak dijelaskan. Apakah terkait dengan pemerasan uang atau bahkan jabatan, yang kemaren ada lowong jabatan wakil walikota, atau bahkan terkait jabatan Sekretaris Kota yang konon katanya bakal diganti, semua masih menduga-duga, bentuk pemerasan yang dilancarkan sehingga mengakibatkan keluarnya foto dan narasi ini secara massif.

Tapi kita lupakan saja itu, tidak menarik karena bukti hanya sebuah foto, yang tidak menceritakan apapun seperti narasi yang beredar, bahkan sudah dibantah. Dan saya percaya bantahan itu benar. Bukan sebagai pengamat, saya percaya sebagai saya juga seorang suami.

Kita melihat jauh ke seberang lautan Atlantik sana, tepatnya di Kota New York. Ada geger terbaru terkait skandal sang Gubernur di Negara Bagian terpenting dalam sistem perdagangan dunia itu. Di New York lah ada Wall Street, dan New York lah kota yang berhasil diserang Osama bin Laden, serta yang terpenting, Kota New York telah menghasilkan seorang Presiden paling kontroversial abad ini, Presiden Trump.

Dalam laporan setebal 165 halaman, rangkuman penyelidikan oleh Jaksa Agung New York, selama berbulan-bulan, terungkap pengakuan 179 saksi mengenai pola prilaku mengganggu dari Gubernur New York, Andrew Cuomo. Laporan itu mengungkapkan ada 11 wanita yang dilecehkan termasuk di antaranya anggota stafnya sendiri, masyarakat New York dan bahkan anggota kepolisian. Jaksa Agung New York, Letitia James menyatakan kesimpulan bahwa Andrew Cuomo melanggar undang-undang federal dan negara bagian.

Ini menggegerkan publik Amerika Serikat, bagaimanapun Andrew Cuomo yang sudah menjadi Gubernur New York sejak tahun 2011 adalah ikon utama dalam menentang Presiden Trump dalam kebijakan penanganan covid19 di Amerika Serikat.

Tapi seperti apakah bentuk pelecehannya?

Charlotte Bennett, salah seorang korban, mengatakan bahwa Cuomo aktif menanyakan tentang kehidupan seksnya dan juga apakah Ia akan terbuka menjalin hubungan dengan pria yang lebih tua. Menurut Bennet, pertanyaan ini merupakan upaya Cuomo untuk mengukur ketertarikan Bennett pada suatu perselingkuhan.

Korban lainnya, Anna Rouch, dalam wawancara di The New York Times mengaku Cuomo meletakkan tangannya di wajah Rouch dan bertanya apakah Cuomo bisa mencium Rouch. Ini dilakukan Cuomo beberapa saat setelah mereka bertemu di acara pernikahan di Manhattan.

Namun Andrew Cuomo membantah telah melakukan pelecehan. Cuomo memandang apa yang dilakukannya adalah hal yang normal. Sesuatu yang biasa dilakukan bagi masyarakat Amerika. Katanya, “kepekaan telah berubah dan bahwa apa yang dia anggap sebagai sapaan adat yang merupakan pendekatan dunia lama yang sering melibatkan pelukan dan ciuman, tidak dapat lagi diterima”.

Andrew Cuomo, yang berusia 63 tahun ini bersikukuh bahwa prilakunya telah disalahpahami oleh para penuduhnya. Cuomo bersikukuh tidak melakukan pelecehan seksual seperti yang dituduhkan. Cuomo tidak pernah menyentuh maupun merayu para penuduhnya.

Bingung juga yah, seperti apa sih norma yang berlaku di Amerika Serikat saat ini? 

Kita selama ini disuguhkan tentang bagaimana hedonis nya kehidupan orang-orang di negara Barat, khususnya di Amerika Serikat, yang terkenal sangat liberal dalam urusan urusan yang menyangkut hubungan laki-laki dan perempuan. Kita dijejalkan informasi bahwa di sana, kehidupan sex bebas menjadi tradisi, berpelukan dan berciuman di tempat umum menjadi pemandangan biasa. Lantas fenomena apa nih yang terjadi di Amerika? Apakah terkait emansipasi wanita? Nanti biarlah para wanita yang menjawab melalui tulisannya.

Tetapi, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, yang separtai dengan Gubernur Cuomo, sama sama Partai Demokrat, tapi ini di Amerika Serikat, bukan di Indonesia, mendesak sang kolega untuk mundur. Yah mundur dari kursi jabatan Gubernur negara bagian New York. Ketegasan itu mengagetkan kita, Demokrat adalah partai yang mengusung nilai-nilai Liberal, namun soal pelecehan yang dilakukan kolega sang Presiden Biden, bahkan adalah pendukung utama dalam meruntuhkan mimpi 2 periode Trump, tidak ada solusi lain selain mendesak Cuomo untuk mengundurkan diri.

Di Indonesia, skandal Gubernur New York ini tidak mendapat perhatian, kalah dengan berita hoax sumbangan 2T di Kota Palembang. Sumbangan yang diterima oleh Kepala Polisi di Provinsi Sumatera Selatan dan disaksikan salah satunya oleh Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru. Berita hoax 2T ini bahkan mengalahkan narasi tentang kritik keras dari berbagai partai, termasuk partai berkuasa PDIP terhadap kepemimpinan opung Luhut sebagai komandan dalam penanggulangan varian delta covid19 melalui PPKM darurat yang kemudian dilanjut dengan PPKM level 4,3,2,1.

( Pembagian level yang juga menjadi pertanyaan bagi saya, mengapa hanya sampai level 4? kenapa tidak sampai level 5? Pembagian level seperti melakukan poligami dalam islam saja. Masih ingatkan ada ayat......” maka nikahilah perempuan yang kamu senangi, 2,3 atau 4. Tetapi jika kamu kuatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) 1 saja....”.  Namun lupakan saja pertanyaan saya ini). 

Tidak ada desakan untuk mundur terhadap para petinggi yang menerima maupun yang hadir mempromosikan hoax 2T dana bantuan tersebut. Hanya ada permintaan maaf bahwa sang petinggi tidak berhati-hati dalam proses penerimaan dana donasi 2T tersebut. Selesai?

Tapi lupakan saja soal 2T itu. Lupakan juga opung Luhut yang langsung memanggil pihak-pihak yang selama ini berseberangan dengannya seperti kalangan IDI, epidemolog, pengamat ekonomi Faisal Basri, Ketua BEM UI dan Ketua PB HMI yang diakui pemerintah. Lupakan juga Rizal Ramli yang tidak diajak berdiskusi oleh si opung Luhut.

Mari kita fokus kembali ke sang Walikota. Perihal sang suami yang melakukan pembelaan dan diliput secara langsung oleh media massa. Sang Suami dalam pengakuannya tersebut juga bertindak sebagai kuasa hukum Pemerintah Kota.

Pertanyaannya adalah, memang boleh?

Tapi tidak usah dijawab, lupakan saja.

 

Penulis adalah pengamat sosial di Kepulauan Riau.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews