Menguak Fakta Dibalik Enggannya Dokter Spesialis Bertugas di Natuna

Menguak Fakta Dibalik Enggannya Dokter Spesialis Bertugas di Natuna

RSUD Natuna.

Natuna, Batamnews - Kelangkaan dokter spesialis di RSUD Natuna awal tahun 2021 lalu menjadi sorotan masyarakat luas. Situasi ini bukan pertama kali terjadi. Namun sudah menjadi masalah klasik menahun.

Warga pun bertanya-tanya, apakah Pemkab Natuna tidak punya anggaran untuk mendatangkan dokter spesialis? Atau, para dokter yang enggan bertugas di Kabupaten Natuna. Lalu apa alasannya?

Direktur RSUD Natuna, dr. Imam Safari saat dijumpai di ruang kerjanya, Selasa (27/7/21) membeberkan jika saat ini pihaknya telah melakukan beberapa usaha ekstra, salah satunya dengan menjalin kerjasama baru dengan pihak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand), Padang.

Baca juga: RSUD Natuna Kebut Pembangunan Ruang Operasi Khusus Pasien Covid-19

Selama ini diketahui RSUD Natuna telah terlebih dahulu menjalin kerjasama dengan dua Universitas ternama lainya seperti Universitas Indonesia (UI), Jakarta dan Universitas Airlangga, Surabaya.

Imam beralasan Pandemi Covid 19 dan letak geografis Natuna yang cukup jauh membuat sejumlah dokter spesialis enggan untuk bertugas di Natuna.

"Masalah Transportasi dan letak geografis Natuna yang jauh menjadi alasan utama seringnya kita kekurangan dokter spesialis di RSUD Natuna," terangnya.

" Tapi baru baru ini kita telah berhasil mendatangkan tiga dokter spesialis yaitu kandungan, anak dan penyakit dalam," terangnya.

Insentif dokter

Dalam keterangannya, salah satu faktor utama juga adalah masalah insentif dokter. Sesuai Peraturan Bupati Natuna, insentif dokter di Natuna diakuinya besarannya antara Rp35 juta hingga Rp40 juta.

Nilai tersebut dinilai masih kurang besar sehingga para dokter masih enggan untuk bertugas ke Natuna. Sementara terkait fasilitas dokter, Imam mengakui jika selama ini sudah sangat layak dan memadai.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna, Hikmat Aliansyah juga mengungkapkan alasan dokter spesialis enggan bertugas di Natuna.

Baca juga: Mesin Insenerator Tak Jalan, Limbah B3 Menumpuk di RSUD Natuna 

"Dokter spesialis agak enggan ke Natuna karena mereka menilai take home pay yang mereka terima lebih kecil dari daerah perkotaan. Kalau di kota, mereka bisa buka praktek di tiga tempat. Sementara di Natuna, kan hanya di RS, buka praktik pun agak jarang yang berobat," sebutnya.

Hal tersebut yang diduga menjadikan alasan utama kenapa Natuna sangat susah mendatangkan beberapa dokter spesialis dalam beberapa tahun terakhir.


Cerita dokter spesialis

Batamnews mencoba untuk mewawancarai seorang dokter spesialis di RSUD Natuna. Beberapa hal mengejutkan disampaikan dokter yang enggan dipublikasikan identitasnya tersebut.

Sebenarnya apa alasan dibalik enggannya para doker spesialis mengabdi di kabupaten terujung Indonesia ini.

Padahal, warga sangat membutuhkan jasa para pahlawan kesehatan dengan keahlian dan spesialisasi yang mereka miliki.

Dokter itu bercerita, kenapa sejumlah dokter tidak mau meneken kontrak atau memperpanjang kontrak untuk bekerja di RSUD Natuna.

Dirinya menyebutkan jika kebanyakan dokter spesialis yang bertugas di Natuna disodori kontrak yang tidak sesuai dengan perjanjian awal.

"Jangankan Rp35 juta, Rp30 juta saja tidak sampai," ungkap dokter tersebut.

"Boleh di cek berapa insentif dokter dokter yang ada di Natuna," lanjutnya.

Menariknya lagi, beberapa dokter spesialis yang dijanjikan oleh pihak RSUD Natuna disebutkannya ternyata bukanlah seorang dokter spesialis, namun masih menyandang predikat sebagai dokter residen, alias dokter magang di universitasnya masing masing.

Fasilitas tak memadai

Selain itu, fasilitas yang diterima para dokter selama bertugas di Natuna diceritakannya juga dinilai tidak memadai.

Misalnya kondisi perumahan dokter yang kurang layak dan fasilitas transportasi mobil yang tidak seluruh dokter spesialis memperolehnya.

"Kondisi mess atau rumah dokter jauh dari kata layak, kondisi halaman rumah yang becek, kala musim hujan hingga penerangan menuju RSUD Natuna yang gelap," ucapnya.

Tidak hanya disitu, dari 12 dokter spesialis dan 5 dokter residen, tidak semuanya mendapatkan fasilitas mobil.

Baca juga: Pasien Sebut Tangga Mangkrak RSUD Natuna Horor

"Masalah penundaan pembayaran insentif dan tidak transparansinya pembayaran jasa pelayanan pun sering terjadi," beber dokter tersebut.

Ia mengungkapkan, jika hal tersebut baru segelintir dari banyak fakta miris yang ada di lapangan.

Harapan besar warga

Beberapa waktu lalu, seorang bayi berumur 7 hari, asal Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, terpaksa harus dirujuk ke Kota Batam. Penyebabnya RSUD Natuna tidak memiliki dokter spesialis anak.

"Kami terpaksa membawa anak yang sakit ke luar Natuna, yakni Batam," ujar Afit, ayah bayi tersebut, kepada Batamnews beberapa waktu lalu.

Padahal, lanjut dia, anaknya yang baru berusia 7 hari membutuhkan penanganan cepat dari dokter spesialis.

Kejadian yang dialami keluarga Afit merupakan satu dari sekian banyak kejadian yang sering dialami masyarakat Natuna.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews