Terungkap, Ini 'Kerajaan' Nuklir Terbaru Xi Jinping

Terungkap, Ini

Gambar satelit dari Planet Labs menunjukkan apa yang dikatakan para peneliti sebagai silo rudal yang sedang dibangun di gurun Cina.

Beijing, Batamnews - Sebuah laporan terbaru menunjukkan bahwa China sedang melakukan pembangunan silo ledak nuklir secara besar-besaran. Hal ini menimbulkan asumsi mengenai perluasan persenjataan nuklir negara itu.

Laporan yang diterbitkan oleh Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) memberikan sebuah foto satelit yang menunjukkan citraan sebuah pangkalan rudal baru di wilayah Xinjiang China pada yang dapat mencakup 110 silo ledak.

Baca juga: KPLP Tanjunguban Evakuasi Jenazah WNI Pekerja Kapal China ke Batam

Ini merupakan penemuan silo ledak kedua setelah sebelumnya ilmuwan juga menemukan citraan yang sama di provinsi tetangga Xinjiang.

"Ini adalah lapangan silo kedua yang ditemukan bulan ini oleh para peneliti, menambah 120 silo yang tampaknya sedang dibangun di provinsi tetangga Gansu," seperti yang dirinci oleh Pusat Studi Nonproliferasi James Martin, dimuat CNN International, Kamis (28/7/2021).

"Bersama-sama, kedua situs tersebut menandakan ekspansi paling signifikan dari persenjataan nuklir China yang pernah ada."

Selama beberapa dekade, China telah mengoperasikan sekitar 20 silo untuk rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar cair yang disebut DF-5. Saat ini, FAS menyebut bahwa tampaknya Beijing akan membangun 10 kali lebih banyak yang diduga untuk menampung ICBM terbarunya, DF-41.

"Program silo rudal China merupakan konstruksi silo paling luas sejak konstruksi silo rudal AS dan Soviet selama Perang Dingin," kata laporan itu.

"Jumlah silo baru China yang sedang dibangun melebihi jumlah ICBM berbasis silo yang dioperasikan oleh Rusia, dan merupakan lebih dari setengah ukuran seluruh pasukan ICBM AS."

Perkembangan nuklir ini telah membuat Washington khawatir. Pejabat Kementerian Pertahanan AS atau yang dikenal dengan Pentagon menyebut bahwa perkembangan nuklir China ini merupakan ancaman global yang sangat membahayakan.

"Ini adalah kedua kalinya dalam dua bulan publik mengetahui apa yang telah kami katakan selama ini tentang meningkatnya ancaman yang dihadapi dunia dan tabir kerahasiaan yang mengelilinginya," kata Komando Strategis AS dalam cuitan di akun Twitternya yang ditautkan ke New York Times.

Sebelumnya pada awal bulan lalu pihak Gedung Putih sendiri telah bersuara terkait pengembangan nuklir Beijing ini. Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price menganggap bahwa perkembangan itu sangat mengkhawatirkan.

"Laporan-laporan ini dan perkembangan lainnya menunjukkan bahwa persenjataan nuklir RRC akan tumbuh lebih cepat, dan ke tingkat yang lebih tinggi daripada yang mungkin diantisipasi sebelumnya," kata Price menggunakan akronim untuk Republik Rakyat China.

"Penumpukan ini mengkhawatirkan. Ini menimbulkan pertanyaan tentang niat RRC. Dan bagi kami, ini memperkuat pentingnya mengejar langkah-langkah praktis untuk mengurangi risiko nuklir."

Baca juga: YouTube Blokir Video Targedi di Xinjian, China

Washington diketahui telah berulang kali meminta China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian kontrol senjata baru. Namun pada bulan Mei lalu dilaporkan bahwa Beijing menolak usulan ini. Negeri Tirai Bambu berdalih bahwa kemampuan persenjataannya telah dikerdilkan oleh AS dan Rusia.

Meski begitu pihak China mengaku tetap siap untuk melakukan dialog bilateral "berdasarkan kesetaraan dan rasa saling menghormati. Hingga kini belum ada konfirmasi atau bantahan China soal temuan baru ini.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews