BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Kasus pengeroyokan anggota polisi Bripda AT berbuntut panjang. Saat ini 15 anggota Satpol PP Kota Batam jadi tersangka penganiayaan di Mapolresta Barelang. 

Wali Kota Batam Ahmad Dahlan bahkan ikut turun tangan dan bersedia menjadi jaminan untuk penangguhan penahahan para tersangka tersebut. 

Menilik permasalah hukum tersebut, Kuasa Hukum Pemerintah Kota Batam Ratna Zuhaira menilai, apa yang dilakukan Bripda AT merupakan aksi arogan seorang oknum aparat.

Bripda AT pada saat penertiban lokasi cucian kendaraan yang berdiri di buffer zone dan gasum itu, mengeluarkan tembakan. Bripda AT pada saat itu padahal tidak sedang dalam bertugas.

Satpol PP Kota Batam yang menjadi tersangka penganiayaan. (Foto: Alfi Kurnia)

Pada 29 September 2015 sore lalu, puluhan anggota Satpol PP hendak melakukan penggusuran di kios liar di sekitar wilayah Bengkong.

Saat akan melakukan penggusuran, puluhan Satpol PP tersebut dicegah seorang anggota Polda Kepri.

"Kronologi singkat yang mereka ceritakan kepada saya, dia (Bripda AT) mengacung-acungkan pistol," kata Ratna kepada batamnews.co.id.

Selain itu, sebelum puluhan Satpol PP tersebut mengambil paksa senjata api yang dimiliki Bripda AT, AT sempat mengeluarkan tembakan peringatan.

Tembakan peringatan itu, dimaksudkan agar puluhan Satpol PP tersebut berhenti melakukan tugas mereka.

"Mungkin semua tahu. Itu adalah aksi yang arogan," kata Ratna.

Melihat Bripda AT mengeluarkan tembakan, sejumlah personel Satpol PP bereaksi spontan. Mereka berusaha merebut senjata tersebut dan beberapa diantaranya memukulinya.

Bripda AT pun diangkut ke dalam mobil Satpol PP dan mempelasahnya. Akibat kejadian itu Bripda AT mengalami luka di sekujur tubuh dan terpaksa harus mendapatkan perawatan medis. Ia dikabarkan mengalami gegar otak.

[alf]