Tradisi Meriam Buluh Masih Lestari di Desa Benan

Tradisi Meriam Buluh Masih Lestari di Desa Benan

Camat Katang Bidare, Safaruddin saat mencoba bermain meriam bambu bersama anak-anak Benan (Foto:ist)

Lingga - Permainan meriam buluh (Meriam bambu) merupakan salah satu permainan tradisional di berbagai wilayah nusantara. Penamaannya pun beragam, ada yang menyebut meriam bambu, bedil bambu, meriam karbit, badia batuang, mercon bumbung, dan long bumbung.

Permainan anak-anak laki-laki ini biasa digelar saat bulan Ramadhan atau hari besar lainnya. Di Desa Benan, Kecamatan Katang Bidare, Kabupaten Lingga, permainan meriam buluh masih lestari.

Di daerah ini masih tersedia buluh, sehingga tradisi ini masih bertahan hingga sekarang. Momen Ramadhan tahun 2020 dengan suasana duka pandemi Corona tidak menyurutkan hasrat anak-anak Benan bermain meriam buluh.

Camat Katang Bidare, Safarudin mengapresiasi masih bertahannya tradisi ini. Ia pun ikut bergabung bermain bersama anak-anak Pulau Benan. “Jadi teringat masih kecil. Seru juga main meriam buluh ini,” kata Safar.

Menurutnya, anak-anak yang tinggal lebih alami dan belum seperti anak-anak di kota yang menyambut kegembiraan Ramadhan dengan bermain petasan alias mercon. Anak-anak di Benan mencari buluh sendiri kemudian membuat meriam buluh.

Meski demikian tidak menganggu aktivitas beribadah, malah menjadikan suasana Ramadhan di Benan jadi semarak. Dengan masih bertahannya tradisi meriam buluh ini, ada pemikiran ke depannya digelar festival meriam buluh agar tradisi ini tidak hilang ditelan bumi.

“Kita punya kewajiban melestarikan tradisi Melayu ini. Biar permainan rakyat agar tidak punah,” pungkas pria yang juga menjabat sebagai ketua KNPI Lingga ini.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews