Junta Myanmar Makin Kejam, Pedemo Diancam Hukuman Mati

Junta Myanmar Makin Kejam, Pedemo Diancam Hukuman Mati

Ilustrasi pedemo pro demokrasi di Myanmar membentangkan jemuran untuk menghalangi pergerakan aparat keamanan. (AFP/STR)

Yangon, Batamnews - Junta militer Myanmar mengancam akan menjatuhkan hukuman mati kepada seluruh demonstran, terutama di kota-kota yang telah menetapkan status darurat militer.

Ancaman hukuman mati itu diajukan Badan pemerintahan militer Myanmar, Dewan Administrasi Negara (SAC).

SAC mengumumkan penerapan darurat militer di sejumlah kota seperti Hlaing Tharyar, Shwepyithar, Dagon Selatan, Dagon Seikkan, dan Okkalapa Utara di Yangon, Mandalay, serta tempat lainnya yang menjadi pusat kerusuhan pedemo pro demokrasi dengan aparat keamanan.

Melansir portal berita lokal independen, The Irrawaddy, stasiun televisi pemerintah, MRTV, melaporkan komandan militer daerah Yangon telah diberi mandat administratif, peradilan, hingga militer di wilayah itu.

Dengan mandat itu, komandan regional Yangon berwenang mengadili secara militer setiap orang yang melakukan satu dari 23 pelanggaran yang ditetapkan dalam situasi darurat militer di kota-kota tersebut.

Para pelanggar juga bisa dijerat beragam ganjaran mulai hukuman mati, hukuman penjara tidak terbatas, dan hukuman maksimum lainnya di bawah undang-undang yang diberlakukan.

Puluhan perbuatan yang dinilai sebagai pelanggaran dalam penerapan darurat militer terdiri dari pengkhianatan tingkat tinggi, penghasutan, menghalangi personel militer dan pegawai negeri sipil dalam menjalankan tugas, menyebarkan berita "palsu", kepemilikan senjata, hubungan dengan organisasi terlarang, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, korupsi, penyalahgunaan narkoba, hingga vandalisme.

Sementara itu, pelanggaran lainnya menyangkut pelanggaran Undang-Undang Keimigrasian, UU Media, UU Percetakan dan Penerbitan, UU Administrasi Desa, UU Transaksi Elektronik dan UU Anti-Terorisme.

Bagi mereka yang divonis hukuman mati dan hukuman berat lainnya hanya dapat mengajukan banding kepada ketua SAC dan komandan regional Yangon.

Selain aturan yang semakin ketat, tanggapan aparat keamanan Myanmar juga semakin brutal terhadap demonstrasi anti-junta militer yang terus meluas sejak kudeta 1 Februari lalu berlangsung.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews