Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Lompat 5,5 Persen Tahun Ini

Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Lompat 5,5 Persen Tahun Ini

ilustrasi.

Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memprediksi pertumbuhan ekonomi RI mencapai 4,5 persen hingga 5,5 persen pada tahun ini. Proyeksi itu boleh dibilang optimis, mengingat pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu tercatat jeblok hingga minus 2,07 persen.

"Prediksi ini sejalan dengan proyeksi institusi internasional untuk Indonesia di 2021," ujarnya dalam acara Indonesia Economic Outlook 2021: Post-Pandemic Recovery: A Resurgance of Indonesia's Economy, Senin (8/2/2021).

Ia mencatat Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi ekonomi RI tumbuh 4,8 persen pada tahun ini. Sementara, Bank Dunia (World Bank) memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 4,4 persen dan ADB sebesar 4,5 persen.

Ia menuturkan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan dipengaruhi 3 game changer (pengubah permainan), meliputi intervensi kesehatan, langkah perbaikan dan pertahanan, serta reformasi struktural.

Intervensi kesehatan, lanjutnya, meliputi vaksinasi kepada 181,55 juta penduduk untuk membentuk kekebalan komunitas (herd immunity), pengetatan 3M dan 3T, serta intervensi lainnya seperti penyediaan APD, alat kesehatan, dan sebagainya.

Sementara itu, langkah perbaikan dan pertahanan meliputi program perlindungan sosial untuk 40 persen masyarakat di kelas ekonomi paling bawah, menjaga kelangsungan dunia usaha, dan dukungan program prioritas untuk penciptaan lapangan kerja.

Sedangkan, reformasi struktural dilakukan melalui pengesahan UU Nomor 11 Tahun 2020 mengenai Cipta Kerja.

"3 game changer ini sangat penting bagi perekonomian Indonesia di 2021 dan kami ekspektasi 3 hal tersebut berjalan. Kami memastikan anggaran APBN akan berlanjut untuk mendanai semua langkah penanganan di 2021," ucapnya.

 

Tahun ini, pemerintah mengalokasikan belanja negara sebesar Rp2.750 triliun pada APBN 2021. Jumlah tersebut lebih besar dibanding realisasi sementara 2020, yakni Rp2.589,9 triliun.

Sementara itu, dana penganangan covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dianggarkan sebesar Rp619triliun.

Lebih Baik dari Negara Lain

Dalam kesempatan itu, Suahasil menuturkan capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 lalu termasuk moderat dibandingkan sejumlah negara lain. Ekonomi RI mengalami kontraksi minus 2,07 persen, dengan defisit APBN 6,09 persen.

Sementara, menurutnya, negara lain mengalami kontraksi ekonomi lebih dalam dan defisit anggaran yang lebih lebar. "Negara lain memiliki defisit fiskal yang lebih lebar dibandingkan Indonesia," ucapnya.

Sebagai contoh, Singapura mengalami kontraksi ekonomi minus 5,8 persen dan Filipina 9,5 persen. Lalu, negara maju seperti AS minus 3,5 persen, Jerman minus 5 persen, Rusia minus 3,1 persen, Prancis minus 8,4 persen, serta Italia minus 8,8 persen.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengamini pernyataan tersebut.Ia menilai Indonesia telah menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi pada kuartal IV 2020, meskipun masih mengalami kontraksi minus 2,19 persen dan minus 2,07 persen secara tahunan.

Namun, ia meyakini ekonomi Indonesia akan bangkit di tahun ini di rentang 4,5 persen -5,5 persen, yang juga sejalan dengan prediksi sejumlah lembaga internasional.

"Akhir 2020, sinyal positif pemulihan ekonomi RI sudah muncul ditandai dengan minus 2,19 persen pada kuartal IV 2020 dan minus 2,07 persen. Masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara lain di dunia," tandasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews