WHO Ungkap Bencana Besar dari Kebijakan Vaksin Covid-19

WHO Ungkap Bencana Besar dari Kebijakan Vaksin Covid-19

WHO. ilustrasi

Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa kebijakan vaksinasi Covid-19 yang tidak seragam di beberapa negara dapat menimbulkan bencana baru.

Diberitakan CNBC Indonesia yang Melansir BBC, Selasa (19/1/2021), Direktur Jenderal WHOTedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan tidak adil bagi orang muda dan sehat di negara kaya untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 sementara banyak orang di negara miskin yang rentan terinfeksi virus ini tak mendapatkan vaksin.

"Saya harus terus terang: dunia berada di ambang bencana kegagalan moral - dan harga dari kegagalan ini akan dibayar dengan nyawa dan mata pencaharian di negara termiskin di dunia," Ucap Tedros pada Senin (18/1/2021) di depan sesi dewan eksekutif WHO.

Tedros mengatakan pendekatan kebijakan vaksinasi yang tidak adil itu, vaksin diborong negara maju sementara negara miskin kesulitan dapat vaksin, akan merugikan diri sendiri karena akan mendorong kenaikan harga vaksin dan mendorong penimbunan vaksin.

"Pada akhirnya, tindakan ini hanya akan memperpanjang pandemi, pembatasan yang diperlukan untuk mengatasinya, serta penderitaan manusia dan ekonomi," tambahnya.

Dan kepala WHO menyerukan komitmen penuh terhadap skema berbagi vaksin global melalui lembaga nirlaba Covax, yang akan mulai diluncurkan bulan depan.

"Tantangan saya kepada semua negara anggota adalah memastikan bahwa pada saat Hari Kesehatan Dunia tiba pada 7 April, vaksin Covid-19 telah diberikan di setiap negara, sebagai simbol harapan untuk mengatasi pandemi dan ketidaksetaraan dari begitu banyak tantangan kesehatan global."

Sejauh ini, lebih dari 180 negara telah menandatangani prakarsa Covax, yang didukung oleh WHO dan sekelompok kelompok advokasi vaksin internasional. Tujuannya mempersatukan negara-negara menjadi satu blok sehingga mereka memiliki kekuatan lebih untuk bernegosiasi dengan perusahaan pembuat vaksin.

Sebanyak 92 negara yang semuanya berpenghasilan rendah atau menengah akan mendapatkan vaksinasi mereka yang dibayarkan dengan dana yang disponsori pendonor.

"Kami telah mendapatkan dua miliar dosis dari lima produsen, dengan opsi lebih dari satu miliar dosis lebih banyak, dan kami bertujuan untuk memulai pengiriman pada Februari," kata Dr Tedros.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews