Dugaan Penganiayaan Santri Ponpes di Karimun, Ustaz A Dipolisikan

Dugaan Penganiayaan Santri Ponpes di Karimun, Ustaz A Dipolisikan

Kapolres Karimun, AKBP M Adenan menunjukkan foto tubuh santri Kr yang dipenuhi bekas luka. (Foto: Edo/Batamnews)

Karimun - Seorang ustaz/guru di Pesantren Atthohiriyah, Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun diamankan polisi. Pria berinisial Z alias A itu ditangkap atas dugaan penganiayaan terhadap seorang santri Kr (13).

Habibah, warga Tanjungbatu Kecil, Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun tak terima tubuh anaknya Kr dipenuhi dengan luka memar bekas cambukan. Kasus ini juga sempat heboh di media sosial setempat

Kapolres Karimun, AKBP Muhammad Adenan menyebut tersangka Z, berstatus guru hononer di Pesentren Atthohiriyah.

"Kejadian pada 4 Desember 2020 lalu. Pelaku menganiaya anak di bawah umur yang merupakan santri di Pesantren," ujar Adenan dalam keterangan kepada wartawan, Kamis (7/1/2021).

Tersangka mengaku kesal terhadap korban yang tidak dapat menghafal tugas yang diberikan. Tersangka mengaku mencambuk korban dengan seutas kabel sepanjang 1,5 meter.

 

Kapolres Karimun, AKBP M Adenan menunjukkan foto tubuh santri Kr yang dipenuhi bekas luka. (Foto: Edo/Batamnews)

"Korban dicambuk menggunakan kabel, lantaran tersangka kesal. Dari pengakuan tersangka, ia mencambuk sebanyak 10 kali," kata Adenan.

Polisi menjerat tersangka Z dengan pasal 80 ayat 1 dan 2, Undang-undang RI nomor 17 tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah, pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. "Pelaku diancam hukuman penjara selama 5 tahun," ucap Adenan.


Kronologi

Santri Kr merupakan remaja laki-laki berusia 13 tahun. Ia menjalani pendidikan di Pondok Pesantren di Kecamatan Moro itu sejak Desember 2020 lalu.

Selama menjalani pendidikan, ternyata Kr kerap mendapat hukuman fisik dari gurunya. Hanya saja remaja itu tak pernah bercerita kepada keluarganya.

 

Saat ada kesempatan pulang ke rumah dari ponpes, orangtua Kr, Habibah curiga melihat perubahan gerak gerik anaknya. Kr tampak menahan perih, tak enak badan dan murung.

Usut punya usut, Habibah berupaya meminta Kr untuk bercerita apa yang dialami anaknya itu. Namun Kr kerap berupaya menutupi apa yang dialaminya.

"Kejadiannya sudah dua minggu. Tadi, barulah dia (Kr) menceritakan kejadian itu, karena saya sudah curiga sejak dia pulang dari pondok, ia demam dan badannya ada seperti alergi,"  kata  Habibah.

Melihat anaknya yang tampak tidak enak badan. Habibah berniat untuk mengoleskan minyak urut.

Dari sana ia melihat bagian punggung dan leher Kr ada sebentuk tanda garis hitam, dan pada bagian tengkuk juga ada bekas yang sama. "Jadi, saya suruh buka baju untuk mengoles minyak. Tapi saya curiga, kok ada tanda belang-belang di badan dan ditengkuknya juga," kata wanita itu.

Saat ditanyakan oleh Ibunya, kenapa badannya seperti itu. Kr hanya menjawab bahwa ia habis terjatuh bermain bola. "Saya diamkan dulu dan tidak saya kasih tahu suami," ucapnya.

Kapolres Karimun, AKBP M Adenan menunjukkan foto tubuh santri Kr yang dipenuhi bekas luka. (Foto: Edo/Batamnews)

Tidak lama setelah itu, Habibah mendapat sebuah foto yang menampakkan bahwa badan anaknya (bagian punggung) terdapat luka-luka. Luka seperti sabetan seutas tali.

"Tapi, mungkin karena Allah mau tunjukkan, tidak taulah siapa yang fotokan ada muncul foto dia kena pukul tu," katanya.

Barulah ia kembali bertanya pada anaknya dan memberitahukan pada suaminya, bahwa anak mereka telah mendapat penganiayaan dari guru di pesantren.

"Saya tidak tega badan anak saya gitu. Dipukul pakai kabel listrik seperti itu, sampai berdarah, bekasnya masih ada hingga sekarang," katanya.

Dari pengakuan Kr, ia mendapat penganiayaan tersebut dikarekan tidak dapat menghafal tugas yang diberikan. Sehingga, gurunya memberi hukuman. Mereka menganggap bahwa hukuman yang diberikan tersebut sudah sangat kelewatan.

"Mungkin anak saya tak hafal jadi ustaz itu emosi, tapi menurut saya tak perlu seperti itu masih banyak cara lain lebih mendidik," katanya dengan mata berkaca-kaca.

 

Setelah mengetahui kejadian yang dialami oleh anaknya. Orangtuanya langsung mendatangi Ponpes untuk mempertanyakan kejadian tersebut.

"Kami temui pimpinan Ponpes, tapi ustaz (guru) yang mukul tidak ada ditempat karena cuti," ucapnya.

Sementara, setelah dua minggu berlalu setelah kejadian yang menimpa Kr, kondisinya tidak baik seperti biasanya. "Pada bagian leher belakang terasa sakit dan susah untuk menoleh," katanya

Akhirnya kejadian ini dilaporkan ke polisi.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews