Indonesia Resesi, Orang-orang Ini Paling Rentan Alami Stres

Indonesia Resesi, Orang-orang Ini Paling Rentan Alami Stres

Ilustrasi (Foto:ist/dragonimages)

Jakarta - Indonesia resmi resesi. Dilansir dari detikcom, sederhananya resesi ekonomi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal berturut-turut.

dr Lahargo psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKJ, dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menjelaskan survei sejak wabah Corona merebak angka masalah psikologis Indonesia berada di 64,8 persen. Usai Indonesia resmi resesi, angka ini diprediksi meningkat.

"Nah ini belum ada resesi, nah ini setelah ada resesi karena ini menjadi suatu stressor tentunya akan meningkat prediksinya, angka masalah kejiwaannya ini," kata dr Lahargo, Kamis (5/10/2020).

Siapa saja yang rentan mengalami stres akibat Indonesia resmi resesi?

Diwawancara secara terpisah, psikolog klinis dari Pro Help Center Nuzulia Rahma Tristinarum, menjelaskan orang yang rentan mengalami stres usai Indonesia resmi resesi salah satunya adalah korban PHK. Selain itu, pertengkaran keluarga karena ekonomi juga berisiko mengalaminya.

"Orang-orang yang rentan mengalami adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan, di-PHK dari pekerjaannya, tidak memiliki keahlian lain untuk mencari uang, bangkrut bisnisnya," jelas Rahma dilansir dari detikcom Kamis (5/10/2020).

"Dalam kehidupan keluarga, pertengkaran dan perceraian karena faktor ekonomi dapat memperburuk kesehatan mental. Kondisi istri atau ibu dengan anak anak yang masih kecil namun keadaan ekonominya buruk juga rentan terkena masalah kesehatan mental," lanjutnya.

Maka dari itu, dr Lahargo pun menekankan pentingnya kemampuan sebuah keluarga untuk mandiri secara ekonomi di masa krisis. Hal ini tentu menjadi salah satu faktor penting menghadapi berbagai ancaman krisis utamanya saat pandemi Corona dan Indonesia resmi resesi.

"Peran dalam keluarga paling penting. Mereka harus bisa membangun ekonomi yang mandiri," ungkapnya.

Namun, di kondisi krisis ini menurutnya perlu untuk tetap tenang dan baiknya memilih menghindari berita dan informasi berlebihan khususnya di media sosial.

"Ambil jarak dari berita-berita yang berlebihan, lakukan diet media sosial sehingga kita bisa lebih rileks, tenang, dan menguasai diri," jelasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews