5 Pengusaha RI Masuk Daftar Orang Terkaya di Dunia

5 Pengusaha RI Masuk Daftar Orang Terkaya di Dunia

Hartono bersaudara masuk dalam daftar orang terkaya di dunia (Foto:ist)

Jakarta - Lima pengusaha Indonesia masuk daftar 500 orang terkaya di dunia versi Bloomberg Billionaires Index. Kelima orang tersebut adalah Budi Hartono, Michael Hartono, Sri Prakash Lohia, Tan Siok Tjien, dan Prajogo Pangestu.

Dari mana saja sumber harta kelima orang tersebut?

1. Michael dan Budi Hartono

Nama Budi Hartono dan Michael Hartono barangkali tak asing lagi bagi banyak orang Indonesia. Keduanya merupakan kakak beradik yang menduduki posisi orang terkaya di Indonesia dalam kurun waktu lebih dari satu dekade terakhir.

Keduanya mencantumkan kekayaan secara terpisah. Budi Hartono menempati posisi 110 orang terkaya di dunia dengan jumlah harta US$ 14,9 miliar atau sekitar Rp 216 triliun (kurs Rp 14.500/US$).

Sedangkan saudara laki-lakinya, Michael Hartono tercatat memiliki harta US$ 13,9 miliar atau sekitar Rp 201 triliun. Keduanya masing-masing menempati urutan 110 dan 119 orang terkaya di dunia.

Keluarga keturunan Tionghoa yang lahir di Jawa ini merupakan pemilik PT Djarum atau Djarum Group, sebuah konglomerasi yang menggarap banyak lini usaha di berbagai bidang. Setelah krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Hartono bersaudara melirik peluang bisnis lain dengan membeli sebagian saham Bank Central Asia (BCA) bersama dengan Grup Lippo saat itu.

Hartono bersaudara juga merambah sektor lainnya seperti peralatan elektronik, properti, perkebunan, hingga teknologi informasi dan game online.

Mereka menciptakan merek produk elektronik bernama Polytron, yang sempat dikira sebagai merk asing, bukan lokal. Kemudian, Michael dan Budi juga membangun kantor e-Commerce agar mereka dapat mengikuti tren bisnis online yang terus meningkat.

Selama beberapa tahun terakhir, Djarum Group telah bergerak ke sektor ritel online yang tumbuh cepat, mengakuisisi Kaskus, Infokost, Blibli, hingga Bolabob, Mindtalk, DailySocial, Kincir, dan Opini. Grup ini juga memiliki saham pengendali di agensi pemasaran digital Merah Cipta Media. Hartono bersaudara juga memiliki investasi di startup game Razer di Singapura.

2. Sri Prakash Lohia

Pria ini merupakan seorang imigran asal India. Dirinya sukses berkat perusahaan pembuat benang pintal yang didirikan tahun 1976 di Purwakarta, Jawa Barat, yaitu Indorama.

Kekayaannya tercatat US$ 7,3 miliar atau sekitar Rp 105,8 triliun. Hidupnya semakin sejahtera setelah perusahaannya itu memutuskan untuk memproduksi polyethylene terephtalate (PET) yang digunakan untuk produksi botol minuman plastik seperti Coke dan Pepsi.

Perusahaan juga telah menjadi produsen pembangkit tenaga listrik petrokimia yang juga membuat produk industri termasuk poliolefin pupuk, bahan baku tekstil dan sarung tangan medis. Meskipun bisnisnya sukses di Indonesia, pria itu kini berkediaman di London, Inggris. Putranya, Amit menjadi Wakil Ketua dari bisnis-bisnisnya.

 

3. Tan Siok Tjien

Tan Siok Tjien sendiri merupakan istri mendiang pendiri Gudang Garam, Surya Wonowidjojo. Jumlah harta Tan Siok Tjien US$ 6,96 miliar dan membuatnya menempati urutan 280 orang terkaya di dunia.

Saat ini Gudang Garam dipimpin oleh salah satu putranya, yaitu Susilo Wonowidjojo. Gudang Garam didirikan di Kediri pada 1958 oleh suaminya, Surya Wonowidjojo.

Sebelum bisa sukses sebagai salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, Gudang Garam berawal dari sebuah industri rumahan. Produk kretek yang diproduksi pertama kali adalah SKL dan SKT.

Suaminya Surya meninggal pada 29 Agustus 1985. Pada 1990, Gudang Garam mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, yang mengubah statusnya menjadi perusahaan terbuka. Tercatatnya Gudang Garam (GGRM) di bursa menjadi salah satu pemasukan besar keluarga Surya Wonowidjojo ini.

4. Prajogo Pangestu

Pria berusia 76 tahun ini tercatat memiliki kekayaan US$ 4,92 miliar. Salah satu sumber kekayaannya berasal dari bisnis kayu yang digeluti sejak 1970-an bernama PT Barito Pacific Timber.

Pada 1993, perusahaannya itu mendaftarkan diri di bursa saham Indonesia. Perusahaan itu berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayu pada tahun 2007.

Pada tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia, Chandra Asri, yang juga berdagang di Bursa Efek Indonesia. Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

Untuk mengembangkan pabrik karet sintetis di Indonesia, pada 2015 Chandra Asri Petrochemical bekerja sama dengan produsen ban Prancis Michelin.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews