Fakta Mencengangkan Ledakan Beirut yang Mirip Bom Atom

Fakta Mencengangkan Ledakan Beirut yang Mirip Bom Atom

Kondisi setelah ledakan di Beirut, Lebanon. (Foto: AP)

Beirut - Publik dunia kembali dihebohkan dengan sebuah peristiwa ledakan besar di Pelabuhan Beirut, Ibu Kota Lebanon pada Selasa (4/8/2020) sore hari waktu setempat

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial tampak kepulan asap besar menyelimuti sebuah gedung yang ternyata adalah gudang yang berlokasi di dekat pelabuhan.

Pada 18.00 waktu setempat ledakan besar terdengar dan diikuti oleh serangkaian letupan kecil seperti bunyi kembang api. Namun selang tiga puluh detik kemudian sebuah ledakan kolosal yang dahsyat terjadi dan meluluhlantakkan kawasan sekitar.

Menurut Gubernur Beirut Marwan Abboud, ledakan tersebut telah membuat 300.000 orang menjadi tunawisma. Kerugian akibat ledakan ditaksir mencapai US$ 10 - US$ 15 miliar atau setara dengan Rp 148 - Rp 219 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.580/US$.

Akibat tragedi tersebut 150 orang dilaporkan meninggal dunia. Lokasi tempat ledakan terjadi kini berubah menjadi kawah selebar 140 meter yang digenangi oleh air laut. Dahsyatnya ledakan tersebut bahkan sampai memecahkan kaca jendela Bandara Internasional Beirut yang berjarak 9 km dari tempat kejadian.

Ledakan itu juga terdengar sampai ke Siprus, yang berjarak sekitar 200 km di seberang Laut Mediterania. Kantor berita BBC melaporkan, ahli seismologi dari Survei Geologi Amerika Serikat mengatakan ledakan itu setara dengan gempa berkekuatan 3,3 skala richter.

Setelah ditelusuri, penyebab ledakan itu adalah amonium nitrat seberat 2.750 ton yang disimpan sudah sejak lama. Amonium nitrat merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai pupuk, bahan peladak di pertambangan jika dicampurkan dengan bahan bakar hingga bom pada masanya.

Sebenarnya senyawa yang berbentuk seperti kristal berwarna putih tersebut tergolong aman asal disimpan dalam kondisi yang sesuai. Hanya saja jika disimpan terlalu lama maka akan menjadi berbahaya.

 

"Masalah sebenarnya adalah seiring dengan berjalannya waktu ia [amonium nitrat] akan menyerap sedikit kelembapan dan akhirnya berubah menjadi batu yang sangat besar," kata Andrea Sella, profesor kimia di University College London, kepada BBC. Ini membuatnya lebih berbahaya karena jika api mencapai itu, reaksi kimianya akan jauh lebih hebat.

Amonium nitrat telah dikaitkan dengan kecelakaan industri yang mematikan. Pada tahun 1947, sebuah kapal yang membawa 2.000 ton bahan kimia meledak di Texas, menewaskan 581 orang.

Kali ini ledakan itu telah menjadi mimpi buruk bagi Beirut. Fenomena dari ledakan tersebut yang juga disorot oleh publik adalah munculnya awan putih seperti jamur yang lazim dijumpai pada efek ledakan bom atom.

Namun sejatinya, skala ledakan amonium nitrat di Beirut masih sangatlah kecil jika dibandingkan dengan bom atom yang pernah meledak seperti 'little boy' yang jatuh di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan 'fat man' di Nagasaki tiga hari setelahnya.

Menurut Vipin Narang, seorang associate professor di MIT yang me-retweet perhitungan seorang bernama George William Herbert, daya ledak amonium nitrat tersebut setara dengan 240 ton TNT.

 Jelas besar memang. Namun jika dibandingkan dengan bom atom Hiroshima yang berdaya ledak hingga 15 ribu ton TNT dan Nagasaki yang mencapai 21 ribu ton TNT memang belum ada apa-apanya.

Apalagi jika dibandingkan dengan bom atom buatan Negeri Paman Sam tahun 70-an yang dinamai B83, daya ledaknya mencapai 1,2 juta ton TNT atau 80 kali lipat dari bom yang meluluhlantakkan Hiroshima 75 tahun silam.

Sejarah mencatat, bom atom dengan daya ledak terbesar yang pernah di uji manusia adalah milik Uni Soviet yang bernama Tsar Bomba. Bom yang diuji Semenanjung Kola Rusia bagian utara itu memiliki kekuatan setara dengan 57 juta ton TNT.

Kendati tak sebesar bom atom, ledakan di Beirut tetaplah sebuah tragedi kemanusiaan yang membuat publik berduka.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews