Investor Asing Masih Ragu Tanamkan Modal di Indonesia

Investor Asing Masih Ragu Tanamkan Modal di Indonesia

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia (Foto:ist)

Jakara - Mahalnya upah tenaga kerja menjadi salah satu pertimbangan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Padahal, momentum realokasi investasi berbagai negara dari China merupakan peluang saat ini.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyampaikan, upah buruh merupakan alasan terbesar investasi Indonesia tidak kompetitif dibanding negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. 

Peringkat Indonesia dari investor akan kalah dari negara lain. “Bahkan sebentar lagi Kamboja menyusul kita,” kata Bahlil dalam Konferensi Pers via daring, Jumat (12/6/2020), seperti dilansir Batamnews dari kontan.co.id.

Data BKPM menyebutkan rata-rata upah minimum tenaga kerja di Indonesia per bulan, sebesar Rp 3,93 juta, Malaysia Rp 3,83 juta, Thailand Rp 3,19 juta, Rp 3,19 juta, dan Vietnam Rp 2,64 juta.

Sementara, rata-rata tingkat kenaikan upah tenaga kerja di Indonesia mencapai 8,7% per tahun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding Filipina 5,07% per tahun, Malaysia 4,88% per tahun, Vietnam 3,64% per tahun, dan Thailand 1,8% per tahun.

Bahlil menyampaikan satu-satunya harapan agar upah buruh Indonesia bisa bersaing dengan negara lain yakni melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja atau RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Hanya saja, isu soal ketenagakerjaan masih jadi pasal yang belum selesai dibahas.

“UU Omnibus Law itu mencari jalan tengah dan ternyata oleh temen-temen dari organisasi buruh meminta itu tidak dimasukan. Kondisi sekarang, saat masuk ke suatu negara, UU begitu kaku dan merugikan, mohon maaf orang akan ke negara lain. Menko Airlangga bilang selesai Juli selesai,” ujar Bahlil

Menurutnya, jika upah buruh dibuat lebih kompetitif maka menciptakan efek domino yang berkelanjutan. Investor asing akan masuk ke dalam negeri dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Setali tiga uang, bertambahnya tenaga kerja menggenjot konsumsi rumah tangga dan pada akhirnya menyokong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

“Sebenarnya dibuat untuk cipatkan lapangan pekerjaan, yang harus dipikirkan setiap tahun terjadi, orang yang cari kerja 2-2,5 juta. Pengangguran 7 juta, sekarang ditambah kena PHK berapa belasan juta pasti menunggu kerja,” kata dia.

Berbagai perusahaan dari Amerika Serikat dan Jepang yang segera merelokasi usahanya dari China ke Indonesia jadi berpikir ulang. Namun, beberapa investor masih ada yang melirik dalam negeri terutama di sektor manufaktur, baterai, elektronik, dan otomotif

Teranyar, investor Korea Selatan bakal menanamkan investasinya dalam bentuk pabrikan baterai dengan nilai lebih dari US$ 1,6 miliar.  Untuk progresnya saat ini pihaknya tengah mencari lahan, di mana Jawa Tengah jadi salah satu usulan kawasan industri.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews