Resep Sukses Kedai Kopi Tetap Bertahan di Tengah Pandemi

 Resep Sukses Kedai Kopi Tetap Bertahan di Tengah Pandemi

ilustrasi. (Foto: shutterstock)

Jakarta - Kebijakan larangan berkerumun dan menjaga jarak (social dan physical distancing) selama pandemi Covid-19 membuat bisnis kedai kopi melesu. Para pelaku usaha terpaksa menutup kedai lantaran tak ada pengunjung yang datang.

Kedai milik Firmansyah terpaksa tutup sejak 25 Maret 2020 lalu. Belum tahu sampai kapan Klinik Kopi Yogyakarta ini tutup. Pepeng sapaan Firmansyah akhirnya memaksimalkan penjualan kopi lewat platform digital. Dia memaksimalkan penjualan biji kopi dan alat seduh kopi.

"Kami menjual biji kopi dan alat seduh," kata Pepeng dalam Media Breafing bertajuk 'UMKM Lokal di New Normal' secara virtual, Jakarta, Rabu (10/6/2020).

Dia mengaku penjualan biji kopi melalui platform digital memiliki banyak keuntungan. Meski di tengah pandemi, bisnis online Pepeng justru meningkat 30 persen.

Peningkatan tersebut bukan hanya dari penjualan biji kopi. Tetapi penjualan alat seduh kopi yang meningkat hingga 20 persen. Bahkan saat ini dia kehabisan stok alat seduh. "Sekarang stok alat seduh kami habis," ujar Pepeng.

Hal ini terjadi lantaran segmentasi pelanggan yang dibidik Pepeng peminum kopi di kafe. Sebab, selama PSBB orang tidak bisa datang ke kedai kopi. "Segmen kami orang yang seduh kopi sendiri di rumah atau di kantor," kata Pepeng.

Sehingga, yang terjual bukan hanya biji kopi saja. Melainkan berbagai alat seduh kopi yang dijual mulai dari harga Rp250.000.

Terjual ke Pelosok Nusantara

 

Berjualan di platform digital juga membuat produknya terjual ke pelosok nusantara. Pepeng sudah memiliki pelanggan sampai ke Kalimantan, Sulawesi dan berbagai pulau lainnya. Terjauh pembeli produknya berasal dari Papua dan Palu.

"Dengan kita jualan online jangkauannya lebih jelas, gampang dan uang yang masuk ke kita langsung," kata dia.

Dia menambahkan, lewat platform digital Pepeng tidak perlu memikirkan menentukan harga jual produk kepada pelanggannya yang lokasinya jauh. Sebab dia tidak perlu lagi repot menentukan harga produk dan ongkos kirim berdasarkan kode pos.

"Dulu beda kode pos aja beda harga," katanya mengakhiri.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews