Jumlah Korban Corona di AS Diprediksi Lampaui Perang Vietnam

Jumlah Korban Corona di AS Diprediksi Lampaui Perang Vietnam

Ilustrasi pemakaman korban virus corona di New York, Amerika Serikat. (AP/David Goldman)

Jumlah korban meninggal akibat virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat terus meningkat, dan diperkirakan bisa melebihi korban tewas dalam Perang Vietnam.

Menurut analisis Zachary B. Wolf kepada CNN, Jumat (24/4/2020), korban meninggal akibat virus corona di Amerika Serikat diperkirakan bisa menyentuh 60 ribu orang.

"Jika diasumsikan kini kita berada dalam tahap puncak, sekitar 10 ribu orang lain kemungkinan bisa meninggal," kata Zachary.

Menurut data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins, saat ini korban meninggal virus corona di AS mencapai 49.963 orang.

Sedangkan menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), korban meninggal akibat virus corona di AS mencapai 40.073 orang.

"Pekan depan ada kemungkinan lebih banyak penduduk AS yang akan meninggal akibat Covid-19 dan jumlahnya bisa lebih dari 58 ribu korban meninggal dalam perang Vietnam," kata Zachary.

Menurut dia, hal itu berdasarkan perkiraan jika AS mencapai titik tertinggi infeksi virus corona.

Jumlah korban pasukan AS yang meninggal dan hilang dalam Perang Vietnam dalam kurun 1 November 1955 sampai 30 April 1975 diperkirakan mencapai lebih dari 58 ribu orang.

Sementara itu, jumlah korban tentara AS yang meninggal dalam Perang Korea pada 1950 sampai 1953 mencapai lebih dari 35 ribu orang.

Menurut Zachary, virus corona tidak pilih kasih dalam menjangkiti seseorang. Tercatat saudara lelaki Senator dari dari Partai Demokrat, Elizabeth Warren, meninggal akibat tertular virus mematikan tersebut.

Bahkan saudara perempuan Anggota Dewan Perwakilan Maxien Waters dilaporkan dalam kondisi kritis setelah terinfeksi virus corona.

Menurut kajian Universitas Northeastern, jumlah tersebut diperkirakan masih akan terus bertambah. Mereka menyatakan pada 1 Maret lalu diperkirakan sekitar 10 ribu orang di New York sudah terjangkit virus corona.

Amerika Serikat kini juga mengalami polemik karena sebagian negara bagian mendesak untuk mencabut pembatasan kegiatan. Hal itu terjadi setelah sebagian penduduk menuntut pemerintah di beberapa negara bagian untuk kembali bekerja karena mereka tidak dapat pemasukan selama pembatasan kegiatan.

Tuntutan tersebut ditentang oleh kalangan tenaga kesehatan di AS. Mereka justru mendesak pemerintah negara bagian dan masyarakat untuk bersabar dan membantu meringankan beban pekerjaan mereka dengan membatasi kegiatan, supaya jumlah korban kasus virus corona tidak melonjak.

Sebab, jika jumlah pasien terus meningkat dikhawatirkan rumah sakit dan tenaga medis akan kewalahan menangani pasien virus corona. Mereka juga mendesak pemerintah AS untuk melipatgandakan jumlah pemeriksaan untuk mencegah virus tersebut semakin menyebar.

Sementara itu, Presiden AS, Donald Trump, menyatakan keberatan dengan ide tersebut meski tidak bisa melarang karena dia menyatakan menyerahkan sepenuhnya keputusan tentang pemberlakuan pembatasan kegiatan kepada masing-masing negara bagian.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews