Cerita Pengusaha Tanjungpinang Merana Gegara Hoaks Corona

Cerita Pengusaha Tanjungpinang Merana Gegara Hoaks Corona

Dahor. (Foto: Sutana/Batamnews)

Tanjungpinang - Dahor, salah satu pengusaha asal Kota Tanjungpinang, dijauhi berbagai pihak, lantaran beredar informasi hoaks bahwa dirinya positif Corona-19.

"Saya dituduh positif Covid-19, padahal itu tidak benar. Saya sehat-sehat saja," kata Dahor di Tanjungpinang, Kamis (16/4/2020).

Dahor yang juga pemimpin perusahaan SPE Technology di Jl Bakar Batu Tanjungpinang itu, merasa dirugikan akibat informasi hoaks tentang dirinya beredar luas di media sosial maupun dari mulut ke mulut.

Ia pun terpaksa mengklarifikasi persoalan itu melalui media massa lantaran sudah lelah mengklarifikasi persoalan itu kepada berbagai pihak baik secara langsung maupun melalui media sosial.

"Energi saya terkuras untuk mengurus masalah ini. Ini sudah sangat mengganggu diri saya dan keluarga," tegas Dahor.

Dahor juga akan segara melaporkan orang-orang yang menyebarkan informasi hoaks tersebut kepada pihak yang berwajib. "Saya minta orang-orang yang menyebarkan informasi hoaks ini lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial," ujarnya.

Informasi hoaks yang beredar di media sosial maupun dari mulut ke mulut berawal karena pernah melakukan pekerjaan tertentu di rumah Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul, yang sejak tiga hari lalu ditetapkan Dinas Kesehatan Kepri sebagai pasien Covid-19.

Padahal kenyataannya, Dahor mengakui tidak pernah berkunjung ke rumah Syahrul. "Saya saja tidak tahu rumahnya di mana," akunya.

Kemudian informasi itu dikaitkan dengan dirinya pernah demam. Dahor mengaku pernah demam dengan suhu badan 37 derajat celcius pada 10 April 2020 lalu, dan sehari kemudian berobat di praktik dr Dwi Hartadi.

Hasilnya, menurut dokter tersebut, demam itu disebabkan kelelahan. "Ada informasi yang menyebutkan saya flu dan sakit tenggorokan, padahal itu tidak benar," katanya.

Kemudian informasi hoaks lainnya, Dahor pernah dilakukan rapid test di RSUP Kepri. Padahal saat itu pihak rumah sakit tersebut diakuinya tak merekomendasikan rapid test.

"Pihak rumah sakit menolak lantaran saya bukan orang dalam pemantauan atau pasien dalam pengawasan. Saya juga tidak pernah kontak dengan pasien positif Covid-19," tutur Dahor.

Ia pun merasa terstigma secara tak langsung dengan informasi hoaks itu. Dahor berharap masyarakat bisa menyaring informasi dengan bijak.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews