Solusi Kebutuhan Air Batam, Apakah Cukup Sekadar Berdoa Turun Hujan?

Solusi Kebutuhan Air Batam, Apakah Cukup Sekadar Berdoa Turun Hujan?

Instalasi Pengelohan Air (IPA) di Waduk Sei Harapan. (Foto: ist)

Batam - Sumber air bersih di Kota Batam tengah menjadi problema. Akibat menyusutnya waduk-waduk utama di Batam, Instalasi Pengolahan Air (IPA) pun tidak bisa dipaksa untuk terus berproduksi.

PT Adhya Tirta Batam selaku perusahaan yang memasok air bersih ke warga berencana melakukan penjatahan (rationing supply) kepada sekitar 228.900 pelanggan mulai 15 Maret mendatang.

Tak tanggung-tanggung, pelanggan ATB di Batam bakal tanpa suplai air selama dua hari dalam sepekannya. Seluruh pelanggan tanpa terkecuali terdampak kebijakan ini, termasuk mereka yang tinggal di perumahan mewah.

Head of Corporate Secretary PT. ATB Maria Jacobus mengatakan dalam rationing ini sejatinya diberlakukan sistem penjatahan air dalam sepekan yakni lima hari mengalir dan dua hari mati.

"Rationing ini merupakan upaya kami untuk memperpanjang usia dam, 23 hari hingga 6 Juli 2020. Jika tidak dilakukan rationing, maka usia dam hanya bertahan 13 Juni saja," kata Maria, Kamis (5/3/2020) lalu.

Hal ini dilakukan atas kesepakatan dengan BP Batam untuk memperpanjang usia Dam Duriangkang. "Kami bisa saja tidak melakukan rationing atau penggiliran. Tapi (jika hal itu dilakukan), begitu 16 juni 2020 dam Duriangkang dikhawatirkan akan kolaps, tutup (beroperasi)," ujarnya.

Batas permukaan air di spillway terus menurun hingga -3 meter saat ini. Krisis air bersih yang mengancam Kota Batam 2020 juga bertepatan dengan berakhirnya konsesi antara BP Batam dan PT. Adhya Tirta Batam yang selama ini menjadi operator layanan air bersih di Kota Batam.

Ditengah krisis saat ini, dikhawatirkan proses akan berakhirnya konsesi mempengaruhi layanan ATB terhadap masyarakat. Namun Direktur Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan Badan Pengusahaan (BP) Batam Binsar Tambunan menepis anggapan itu. "Tidak ada hubungannya konsesi dengan DAM Duriangkang. Proses konsesi akan terus berjalan sampai waktunya. Masalah ini juga akan kita atasi," kata Binsar.

 

Mencari Solusi

Solusi jangka pendek yang akan dilakukan BP Batam salah satunya menjalin kerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk membuat teknologi hujan buatan.

"BPPT akan datang untuk melakukan penandatanganan MoU dengan BP Batam dan kajian pemilihan teknologi hujan buatan yang digunakan. Pelaksanaan kajian dilakukan selama 14 hari kerja, dan pelaksanaan hujan buatan akan dilakukan selama 1 tahun," ungkap Binsar.

Selain penggunaan teknologi BP Batam juga akan melakukan pemompaan air baku dari Waduk Tembesi ke Mukakuning karena memiliki jarak terdekat 2,9 kilometer dan diperkirakan terlaksana dalam 2 bulan.

"Kan kapasitas air 600 liter per detik di Waduk Tembesi belum terpakai jadi akan kita alihkan dan pompa ke Waduk Mukakuning untuk diteruskan ke Waduk Duriangkang yang saat ini mengalami minus 800 liter perdetik," kata dia.

 

Berdoa turun hujan

Presiden Direktur ATB, Benny Andrianto Antonius mengatakan, saat ini langkah yang bisa dilakukan hanyalah berdoa. Doa tersebut bertujuan untuk meminta kapada Tuhan YME agar diberikan hujan sehingga penyusutan air bersih tersebut bisa teratasi di Batam.

"Saat ini hanya doa saja yang bisa memecahkan masalah ini, yakni doa meminta agar segeranya turun hujan," kata Benny.

Penyusutan yang terjadi di Waduk Duriangkang, disebutnya yang paling merasakan dampaknya yakni warga di Batuaji, Sagulung dan Tembesi.

"Masyarakat yang tinggal di Batam Centre, Bengkong, Sekupang, Batu Ampar dan lainnya juga tetap merasakan dampaknya karena empat waduk yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan air warga Batam seluruhnya," ujarnya

Benny mengatakan, saat normal, Dam Duriangkang dapat menampung air baku hingga volume 78.180.000 m3 tersebut, saat ini menyusut hingga -2,76 meter.

Penyusutan tersebut merupakan peristiwa terburuk sejak Dam itu dioperasikan pada tahun 2000 silam.

 

Salat Istisqa

Salat Istisqa di Lapangan Kantor BP Batam.

Lantunan doa terdengar di halaman Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam, kawasan Batam Centre pada Jumat (6/3/2020) pagi. Suasana pun terlihat khusyuk.

Ratusan pegawai dan warga sekitar berkumpul untuk menunaikan salat Istisqa atau salat minta hujan menyusul ancaman terganggunya suplai air di tengah menyusutnya air waduk di Batam.
 
"Kegiatan ini menunjukkan bahwa selain berupaya secara fisikal kita juga harus meminta dan berserah diri pada Allah oleh karena itu kita minta ulama yang hadir untuk membimbing kita semua dalam shalat istisqa dan berdoa bersama," kata Deputi IV Anggota Bidang Pengusahaan BP Batam, Syahril Japarin.

"Harapannya Batam bisa turun hujan dan tak ada kekeringan. Karena tidak adanya turun hujan keadaan waduk makin mengkhawatirkan. Itu sebabanya kita minta kepada Allah agar turun hujan dan mengisi waduk-waduk ini," ujar Syahril.  
 
Kebutuhan air kian meningkat

Perhitungannya sederhana: Ketika populasi meningkat dan pendapatan bertambah, permintaan air juga bertambah. Pusat Penelitian Kependudukan LIPI mencatat Kota Batam sebagai kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Kepri, yakni sebanyak 1,33 juta jiwa dengan kepadatan penduduk saat ini 345,49 jiwa/km².

Pertambahan jumlah penduduk yang paling pesat terjadi di Kota Batam, dari 105.820 jiwa pada tahun 1990 menjadi 949.775 jiwa pada tahun 2010. Pada periode 2000-2010, Laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang sangat tinggi, pada saat itu (31,33%). Satu dekade setelahnya LPP tertinggi masih Kota Batam meskipun tidak setinggi periode sebelumnya (11,72%)

Sensus Penduduk tahun 2020 sebentar lagi akan berlangsung, tentunya akan terjadi lagi dinamika pergeseran klasifikasi kota. Klasifikasi kota sangat berpengaruh dalam pengambilan kebijakan, terutama kebijakan nasional yang bersifat top down.  

Kota-kota dengan klasifikasi yang berbeda memiliki karakteristik fisik, ekonomi, dan penduduk yang berbeda membutuhkan pendekatan dan kebijakan pembangunan yang berbeda pula. Bagaimana Batam bisa memenuhi kebutuhan air?

WRI-Indonesia, lembaga kajian independen yang fokus pada pembangunan sosio-ekonomi nasional mencatat, pasokan air yang mencukupi hanyalah langkah awal.

 

Infrastruktur alami.

Ekosistem yang sehat adalah "infrastruktur alami" yang berperan penting dalam menjaga pasokan air bersih. Ekosistem ini menyaring polutan, menahan banjir serta mengatur pasokan air. Tanaman dan pohon sangat penting untuk mengisi air tanah; tanpanya, curah hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah sehingga tertahan di tanah kering. Berkurangnya vegetasi akibat deforestasi, pematangan lahan mengurangi infrastruktur alami dan manfaat yang diberikan.

 

Air terbuang sia-sia.

Meskipun air adalah sumber daya terbarukan, seringkali air terbuang sia-sia. Praktik-praktik yang tidak efisien. Terlebih lagi, kita terus mencemari air tanpa memperbaikinya. Banyak air limbah dibuang kembali ke alam tanpa pengolahan atau penggunaan kembali.

Di berbagai negara, air minum bersih lebih murah dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan air limbah, sehingga tingkat pembuangan air terus bertambah.

 

Penetapan Harga.

Perusahaan atau pemerintah harus memiliki insentif untuk berinvestasi pada teknologi hemat air yang memakan biaya ketika harga air jauh lebih murah. Jika harga air menunjukkan biaya layanan yang sebenarnya, akan tercipta insentif untuk penggunaan air secara efisien.

 

Solusi baru

Tentunya solusi baru seperti penggunaan air limbah untuk energi, pelaksanaan restorasi untuk mengairi topografi kering dan pemantauan tingkat air tanah yang lebih baik perlu dipikirkan.

Namun, solusi terbaik sekalipun tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Kemauan politik dan tekanan publik adalah sumber daya yang sama pentingnya dengan air bersih untuk menjamin masa depan yang berkelanjutan bagi kita semua.

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews