Membongkar Penyebab Investasi Indonesia Kalah Dibanding Vietnam

Membongkar Penyebab Investasi Indonesia Kalah Dibanding Vietnam

Bahlil Lahadalia.

Jakarta - Iklim investasi Indonesia masih kalah dibanding negara tetangga, seperti Vietnam. Di tengah gejolak ekonomi global akibat trade war atau perang dagang, Vietnam mampu meraup keuntungan dari relokasi pabrik China. Lalu kenapa Indonesia tidak bisa?

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengakui bahwa situasi global sedang bergejolak. Namun, Indonesia belum mampu meraih manfaat dari situasi itu, utamanya untuk investasi.

"Negara kita belum menjadi surga bagi investasi, sehingga larinya ke Vietnam," kata dia dalam acara diskusi bertajuk 'Menjadikan Indonesia Surga Investasi' di Hotel Shangrila, Jakarta, Senin (18/11/2019).

Bahlil mengatakan, kondisi global yang sedang bergejolak tak selamanya merugikan. Namun justru membawa untung bagi Indonesia. Pasalnya, destinasi-destinasi investasi dunia sedang bergolak saat ini di berbagai belahan dunia.

"Amerika Latin ada gejolak Evo Morales, di Eropa ada ketidakpastian, ada masalah Brexit. Di Asia ada masalah Hongkong, di China ada perang dagang dengan Amerika. Ekspor akhirnya bermasalah. Tetapi ini kabar baik bagi investasi. Banyak yang lari dari negara-negara itu,”ujarnya.

Sayangnya, ujar Bahlil, banyak investor yang lari ke Vietnam. "Ada apa dengan kita?" ujar Bahlil.

 

Kemudahan bisnis di Indonesia masih berat

Padahal, sebanyak 44 persen pasar ASEAN ada di Indonesia dari total 600 juta penduduk ASEAN. Bahlil mengatakan, hal ini disebabkan kemudahan memulai bisnis di Indonesia masih sangat berat.

"Kemudahan berbisnis kita masih kalah dari Vietnam. Ini KPI (Key Performance Indicator) pertama kita ke depan," ucap Bahlil.

Bahlil menambahkan, saat ini sebanyak 24 perusahaan siap berinvestasi sebesar Rp 708 triliun ke Indonesia. Perusahaan tersebut siap masuk ke berbagai sektor usaha. Namun, investasi tersebut hanya berakhir pada level komitmen. Sebab, hambatan berinvestasi di Indonesia terlalu besar.

"Dengan rumitnya regulasi sektoral, berbelit-belit, membuat banyak investor ini balik badan kembali ke negaranya masing-masing. Dia bertahun-tahun susah dapat selembar surat. Jangankan pengusaha luar, investor dalam negeri pun bisa lari," ucap Bahlil.


Masalah domestik

Oleh karena itu, Bahlil mengatakan, BKPM akan fokus membenahi persoalan domestik. "Promosi tetap jalan. Tapi strateginya kita ubah," ujarnya.

Dia menjelaskan, jika investor berhasil berinvestasi di Indonesia maka otomatis dia akan menceritakan hal yang baik-baik di luar. Sehingga hal itu dapat menjadi promosi secara tidak langsung.

"Bayangkan kalau yang investasi Rp 708 triliun itu sukses. Ini mereka akan jadi promotor kita di luar negeri. Mereka tidak lagi merasa ditipu-tipu. Tetapi kita selesaikan yang antre masuk juga banyak. Ini saja belum bisa kita tangani. Kita akan benahi soal kewenangan perizinan sektoral, perpajakan, dan pengadaan lahan. Kita juga akan selesaikan masalah koordinasi di daerah," tutupnya.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews