Pesan Terakhir Habibie Ketika Berkunjung ke Batam

Pesan Terakhir Habibie Ketika Berkunjung ke Batam

Mantan Presiden Burhanuddin Jusuf Habibie bersama punggawa Meisterstadt Batam Pollux Habibie International. (Foto: Yogi/batamnews)

Batam - Warga Batam sangat berduka atas wafatnya Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie. Habibie adalah cikal bakal adanya Kota Batam, karena ada Habibie ribuan jiwa bisa ada di Kota Batam sampai saat ini. 

BJ Habibie terakhir kali datang ke Kota Batam, April 2019 lalu. Ia melakukan beberapa agenda diantaranya meninjau MRO di Hang Nadim Batam, bertemu dengan saudaranya Sri Soedarsono, berkunjung ke Pollux Batam Meisterstadt Pollux Habibie dan Nongsa Digital Park.

Di setiap pertemuan Habibie penuh semangat menyampaikan beberapa hal terkait Batam. Mulai dari kekhawatirannya terhadap ekonomi Batam hingga rencana dirinya membangun pusat dirgantara Indonesia di Kota Industri ini. 

"Tahun 1975 saya ditugaskan mengelola dan memajukan Batam. Saat itu penduduknya 600 kepala keluarga, namun tak ada prasarana," ujar Habibie ketika menyampaikan sambutan di acara Tower Pollux, Batam Center, Senin, 29 April 2019.

Mengenakan jas dan kemeja serba abu-abu, serta peci hitam, Habibie cukup lantang menyampaikan ceritanya. Beberapa tamu undangan terpukau dengan setiap perkataan yang disampaikan Bapak Teknologi itu. 

Masih dalam sambutannya, Habibie melanjutnya cerita bahwa setelah pertama kali datang ke Batam ia langsung meminta kepada Presiden RI ketika itu Soeharto agar Batam tidak dimonopoli industri energi minyak. 

"Ketika itu saya melihat Batam menjadi ujung tombak perkonomian Indonesia," kata dia. 

Tidak hanya itu setelah melihat kondisi Batam letak geografis di perbatasan, Habibie juga mengatakan Batam harus menjadi benteng pertahanan karena berbatasan dengan negara lain. 

Satu persatu dalam pertemuan itu Habibie menceritakan cikal bakal adanya Batam. Setelah membuat riset dan melakukan pertemuan dengan Soeharto, lantas pria bernama lengkap Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng langsung diutus membangun Kota Batam. 

Mandat itu diberikan kepada dirinya pada tahun 1975. Tidak menunggu waktu lama Habibie dengan cepat bergerak. 

"Saya hanya ingin Batam menjadi besar dari negara lain," katanya. 

Ketika itu Habibie juga menceritakan langkah awalnya dirinya membangun Batam. Yang ia lakukan adalah bertemu dengan Perdana Menteri Singapura ketika itu Lee Kuan Yew di Singapura. 

"Saya bicara dengan Lee Kuan Yew, dia bilang Pak Habibie silakan buat apa saja di Batam, pokoknya bisa bersaing," kata Habibie bercerita. 

"Tetapi Mr Lee minta agar pembangunan jangan dimulai dengan perjudian, bagi kita it's okey," ujar Habibie di atas panggung. 

Setelah itu Habibie yakin bisa menjadi kerjasama dengan Singapura, karena negara satu rumpun. "Kalau dilihat dari jauh bendera Singapura itu mirip dengan Indonesia," kata dia.

Sejak itu tekad Habibie cukup tinggi setelah dirinya diminta kembali ke Indonesia saat di Jerman. Ia menekankan Singapura tidak perlu dijadikan pesaing tetapi mitra untuk menghadapi tantangan dunia. 

Namun, dalam kesempatan itu juga Habibie semangatnya tidak dilanjutkan oleh pemimpin selanjutnya. "Saya bimgung, Batam itu masterplan-nya 60 persen untuk ruang terbuka hijau, sedangkan 40 persen sisanya untuk bangunan," kata dia. 

Cerita yang disampaikan Habibie hampir sama setiap kali ia datang ke Batam. Kedatangannya ke Batam 2017 lalu juga menceritakan yang sama. Habibie terus berupaya mengingatkan tonggak dasar Batam ini ada. 

“Batam itu dibangun bukan tanpa alasan, Batam itu ujung tombak NKRI, tidak ada jalan lain, Batam harus back to basic,” katanya.

(tan)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews