Kendaraan Militer China Mulai Dekati Hong Kong

Kendaraan Militer China Mulai Dekati Hong Kong

Kendaraan militer China diparkir di dalam Stadion Shenzen. (Foto: Maxar Technologies via AP)

Hong Kong - Sejumlah kendaraan militer China dilaporkan mulai mendekat ke perbatasan Hong Kong. Sejumlah pihak meyakini demo dua pekan di Hong Kong akan 'diselesaikan' dengan pendekatan militer.

Kantor berita ABC Australia melaporkan perkiraan ini berdasarkan citra satelit yang menunjukkan adanya pengerahan kendaraan tempur lapis baja ke sebuah stadion di Kota Shenzhen.

Citra satelit itu memperlihatkan lebih dari 100 kendaraan pengangkut personel itu ditempatkan di dalam dan sekitar stadion Shenzhen Bay Sports Centre.

Foto ini dirilis oleh Maxar Technologies, sebuah perusahaan teknologi luar angkasa yang sering merilis gambar satelit dari berbagai belahan dunia.

Awal pekan ini, media yang dikendalikan Pemerintah Cina melaporkan bahwa tentara memang dikumpulkan untuk mengadakan latihan di kota perbatasan itu.

Hal ini semakin menambah kekhawatiran bahwa Beijing mungkin akan langsung melakukan intervensi ke Hong Kong.

Media tersebut menjelaskan bahwa latihan di Shenzhen telah direncanakan sebelumnya dan tidak terkait dengan kerusuhan di Hong Kong.

Tapi pengerahan pasukan ini dilakukan tak lama setelah Pemerintah China menyebut demo Hong Kong mulai menunjukkan "bibit terorisme".

Sebelum citra satelit ini dirilis, Presiden AS Donald Trump menyebutkan bahwa intelijen AS meyakini China memindahkan pasukannya ke perbatasan Hong Kong.

Dalam postingan di akun Twitternya, Trump me-retweet rekaman pergerakan pasukan di Shenzhen yang diposting oleh Alexandre Krauss dari lembaga Renew Europe.

Rekaman itu menunjukkan pergerakan kendaraan militer memasuki stadion olahraga.

"Bakal terjadi sesuatu yang sangat buruk nih," demikian postingan Krauss.

Sejauh ini Beijing belum mengirimkan polisi dan tentara dari daratan atau memobilisasi garnisun Tentara Pembebasan Rakyat yang berada di Hong Kong untuk mengatasi kerusuhan.

Tindakan itu dipandang akan berdampak buruk pada reputasi Hongkong sebagai tempat yang aman dan stabil untuk berinvestasi, serta akan dianggap sebagai kegagalan Partai Komunis China merebut hati dan pikiran 7,3 juta penduduk Hong Kong.

(*)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews