Jemaah Syatariah di Tanah Datar Tunaikan Salat Idul Adha Hari Ini

Jemaah Syatariah di Tanah Datar Tunaikan Salat Idul Adha Hari Ini

Salat Idul Adha jemaah Syatariah. (Foto: Rencong Post)

Tanah Datar - Jika Salat Idul Adha mayoritas melaksanakan Salat Id Tahun 1440 Hijriah pada Minggu (11/8/2019) sesuai dengan yang ditentukan Kementerian Agama.

Namun, jemaah tarekat Syatariah di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat baru melaksanakan salat Idul Adha 1440 Hijriah pada Senin (12/8/2019) atau sehari setelah yang ditetapkan pemerintah.

Imam tarekat Syatariah Tanah Datar Khatik Sulaiman didampingi Khatik Makudun di Batusangkar, Senin, mengatakan jamaah Syatariah menetapkan awal 10 Zulhijjah dengan melihat bulan atau hilal yang dilakukan dengan mata telanjang.

Sebelum menentukan waktu pengamatan hilal tersebut, para ulama dan jemaah tarekat Syatariyah terlebih dahulu melakukan hisab atau menghitung hari. 

Berdasarkan hitungan hari oleh jemaah Syatariah pada tahun ini awal bulan jatuh pada Minggu, dan 10 Zulhijjah jatuh pada Selasa. Namun karena kuasa Tuhan, kenyataannya awal bulan jatuh pada hari Jumat.

"Maka berdasarkan kesepakatan bersama, jika bulan sudah terlihat makan hisab boleh dibatalkan," katanya seperti dilansir Suara.com dari Antara pada Senin (12/8/2019).

Khusus warga Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan memiliki dua aliran tarekat yang berbeda, yakni tarekat Naqsabandiyah dan Syatariah. Aliran itu diyakini sudah turun temurun sejak Islam masuk ke daerah itu.

Untuk aliran Syatariah memiliki perbedaan pada khutbah baik Jumat maupun hari raya dengan menggunakan Bahasa Arab. Kendati memiliki perbedaan dalam amalan, tidak pernah terjadi pertikaian dan perpecahan di tengah masyarakat.

Pada Minggu (11/8/2019) sebagian warga di Jorong Sikaladi sudah melaksanakan salat Idul Adha, namun aliran Syatariah baru hari ini melaksanakannya.

"Namun kalau pemotongan hewan kurban dilakukan secara bersama tanpa melihat alirannya, biasanya pemotongan kurban dilakukan pada hari terakhir yang menyelesaikan salat," ujarnya.

Sementara, Wali Nagari Pariangan April Khatib Saidi mengatakan pada awalnya di Nagari Pariangan terdiri dari empat aliran, yakni aliran Syatariah, aliran Naqsabandiyah, dan aliran Samaniah, dan Qamariah.

"Namun hanya aliran Syatariah dan Naqsabandiyah memiliki penerus, dan masih lestari hingga saat ini," ujarnya. 

(*)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews