Pencari Suaka: Kami Depresi!

Pencari Suaka: Kami Depresi!

pencari suaka yang tinggal di Hotel Badra, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau menyatakan mengalami depresi. (Foto : Asiik3)

Tanjungpinang - Ratusan pencari suaka yang tinggal di Hotel Badra, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau mengaku depresi dan mengalami permasalahan mental.

Alzobier, salah seorang pencari suaka mengatakan, cukup banyak para pencari suaka yang mengalami gangguan mental dan depresi. Beberapa pencari suaka di Bintan dan Batam sudah mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup menghadapi permasalahan keluarga dan dirinya sendiri.

"Kami punya keluarga. Kami rindu keluarga. Kami pikirkan keluarga setiap saat, dan pikirkan diri kami sendiri. Kami lelah," katanya.

Sementara itu, Jhon yang merupakan pencari suaka asal Pakistan mengaku selalu mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas kebaikan masyarakat Indonesia.

"Namun kami juga punya keluarga, punya kehidupan dan sisa umur untuk hal-hal yang berguna," katanya.

Lanjut dia, sebagai bagian pencari suaka sudah lebih dari tujuh tahun tinggal di Rudenim Tanjungpinang, yang kemudian pindah ke Hotel Badra sejak dua tahun lalu.

"Kami sudah dijanjikan berulang kali untuk diberangkatkan ke negara ketiga, namun sampai sekarang masih belum berangkat," katanya.

Para pencari suaka tidak menuntut harus tinggal di negara ketiga, Australia, Amerika Serikat dan Kanada. Mereka juga bersedia tinggal di negara lainnya, yang dapat memperlakukan mereka seperti warga negara sendiri.

"Kami orang yang beragama, selalu berdoa, bersyukur dan berdoa. Tetapi sampai kapan kami harus seperti ini?," kata Jhon.

Kasat Intelkam Polres Bintan AKP, Yudiarta Rustam mengatakan, tuntutan para pengungsi tidak mungkin terealisasi jika negara ketiga seperti Australia, Amerika Serikat dan Kanada tidak membuka diri.

"Dipaksa sekali pun tidak akan ada solusi sepanjang negara ketiga tidak menerima para pengungsi," ujarnya.

Yudi melakukan negosiasi dengan berbagai cara kepada para pengungsi. Berbekal pengalamannya menangani para pengungsi tersebut, Yudi berhasil melakukan negosiasi.

"Selama delapan tahun saya menangani permasalahan pengungsi. Jadi sangat memahami permasalahan ini," ujarnya.

Yudi meminta para pengungsi melakukan cara-cara yang diplomatis dalam menyampaikan aspirasi.


(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews