Edy Putra Irawadi: Batam Itu seperti Tanah Hook di Menteng, tapi Cuma Jualan Air Mineral

Edy Putra Irawadi: Batam Itu seperti Tanah Hook di Menteng, tapi Cuma Jualan Air Mineral

Kepala BP Batam Edy Putra Irawady (Foto: Johannes/Batamnews)

Jakarta - Kepala BP Batam Edy Putra Irawadi menilai Kota Batam memiliki potensi besar untuk lebih maju. Hanya saja banyak yang harus dibenahi termasuk kondusifitas iklim investasi.

"Batam itu seperti tanah di hook yang berada di daerah Menteng (Jakarta)," ujar Edy saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Ombudsman dengan Komisi II DPR RI di Jakarta, Senin (13/5/2019).

Kehadiran Edy memang cukup mengejutkan karena tidak ada dalam daftar undangan Komisi II DPR RI.

Kendati demikian, saat diberi waku bicara, Edy memaparkan sejumlah permasalah di Batam. Ia menyebutkan, BP Batam merupakan ujung tombak investasi dan ekspor.

"BP Batam mengemban tugas yang berat. Memiliki wilayah khusus dan kewenangan khusus," ujar Edy.

Selain itu, kata dia, apa yang terjadi di Batam menjadi perhatian tidak saja di Batam, tapi juga nasional hingga internasional. 

"Jadi apa yang terjadi di Batam sangat mengganggu ritme (investasi)," ujar Edy.

Saat ini Edy mengatakan saat ini sebagai pelaksana fasilitas Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (KPBPB) untuk mendorong ekonomi nasional.

Hanya saja dengan tugas-tugas tersebut, Edy hanya didampingi dua orang deputi. Hal itu berdasarkan SK Dewan Kawasan No 56 tahun 2017. 

"Kami berdasarkan SK tanggal 7 Januari 2019, ditunjuk sebagai pejabat transisi, kami menyiapkan manual book untuk pimpinan selanjutnya. Kami hanya diberi sejumput, dua deputi dalam memimpin," ujar Edy.

Secara eksplisit, Edy menambahkan, tugasnya di Batam adalah melakukan harmonisasi pelayanan online antara Pemko Batam dengan BP Batam. Kemudian, meningkatkan kenyamana usaha serta kepastian usaha. 

Salah satu dinamika Batam disebabkan policy behavior (perilaku kebijakan). "Batam awalnya adalah (masa) pengembangan, Bonded Zone (Kawasan Berikat), hingga Free Trade Zone (Kawasan Pelabuhan dan Perdagangan Bebas)," ujarnya.

Saat ini, kata Edy, wilayah kerja BP Batam itu hanya Pulau Batam, sedangkan Janda Berias, dan Tanjungsauh sempat masuk FTZ, kemudian keluar. 

Dan belakangan Janda Berias kembali masuk FTZ. "Jadi mereka yang sudah terlanjur berinvestasi tergerogoti, ini yang namanya policy behavior," ujar Edy.

Selaini tu, kata Edy, ada beberapa aturan main di BP Batam yang saat ini justru tergantung kepada kementerian.

Saat ini investasi yang masuk hingga Maret 2019 mencapai Rp 2,5 triliun. "Rp 691 miliar investasi baru, sedangkan Rp 1,9 triliun pengembangan investasi. Artinya ada pengembangan. Batam itu strategis. Kami ibarat tanah hook di Menteng tapi cuma jualan air mineral," ujar Edy.

Saat ini sudah masuk teknologi baru masuk, jasa-jasa, kemudian industri-industri manufacture. Pada Mei nanti juga akan masuk 50 perusahaan dari Amerika Serikat. 

"Tidak saja tergantung industri assembly. Akan (perusahaan ) Apple akan masuk ke Batam dan juga industri shipyard dari Rusia. Tapi perlu kepastian usaha dan kepastian kebijakan perlu dipastikan," ujar Edy.

(snw)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews