Dinilai Kalah Militan dari BPN, TKN Jokowi Singgung Selisih Elektabilitas

Dinilai Kalah Militan dari BPN, TKN Jokowi Singgung Selisih Elektabilitas

Irma Suryani Chaniago.

Jakarta - Narasi dan militansi yang dibangun timses dan relawan Jokowi-Ma'ruf Amin dinilai kalah dari kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf merespons penilaian tersebut dengan menyebut elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih unggul dari Prabowo-Sandiaga.

"By the way dari seluruh survei yang menguntungkan dan yang kurang menguntungkan, jika dirata-rata tetap menunjukkan selisih (elektabilitas Jokowi) di atas 15 persen (dari Prabowo). Artinya, kami masih unggul cukup baik," kata Juru Bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Irma Suryani Chaniago saat dimintai tanggapan, Senin (25/3/2019).

Irma tak setuju dengan penilaian yang menyebut kubu Jokowi kalah dalam memberikan narasi dan militansi. Menurutnya, militansi kubu Jokowi meningkat yang dibuktikan dengan deklarasi dukungan semakin masif.

"Sumatera Barat saja sekarang semakin kencang para relawan bekerja. Paling tidak kami memperbesar kemenangan di Sumbar dari tahun 2014 lalu," jelasnya.

Irma mengatakan hasil survei elektabilitas yang telah dirilis menjadi acuan pihak Jokowi-Ma'ruf dalam bekerja. Namun politikus NasDem itu menegaskan bahwa pihaknya tak terlena dengan hasil survei yang menguntungkan bagi Jokowi.

"Kami menghargai semua survei, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan. Sejak awal kami selalu sampaikan bahwa hasil survei kami jadikan tolak ukur dan landasan kami dalam melakukan kerja politik," jelasnya

"Puas (elektabilitas unggul)? Tentu tidak! Karena kami bukan tipikal orang yang suka berpuas diri. Kami terus bekerja untuk memaksimalkan kemenangan," imbuhnya.

Sebelumnya, pada survei Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf turun dari 52,6 persen pada Oktober 2018) menjadi 49,2 persen pada Maret 2019). Pasangan calon nomor urut 01 ini dinilai kalah dalam memberikan narasi dan militansi.

"Contoh, melalui kasus kasus yang ditangani polisi, politik identitas pasti masuk, sudah include itu, otomatis kalau pilih Prabowo sudah pasti masuk ranah politik identitas, misal 212, pembakaran tauhid yang esensinya nggak terkait Pilpres, tapi narasinya dekat ke 02 dibandong 01 narasinya. Itu bisa diamati di komen netizen. Jadi penguasaan narasi publik dan narasi itu sifatnya masif untuk itu 01 kalah," ujar Peneliti Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas saat diskusi di Kafe Kanorai, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (25/3)

Direktur Para Syndicate Ari Nurcahyo menilai kubi Jokowi hanya puas dengan selebrasi. Sementara kubu Prabowo lebih baik di akar rumput.

"01 timses dan parpol, relawan hanya puas dengan ceremony, selebrasi dan panggung dukungan, sementara kalah dalam militansi dibanding dengan pendukung 02, 01 menang di udara, tapi kerja di politik itu ada di darat, door to door, itu kuncinya. Gimana pastikan data suara pemilih masuk ke TPS-TPS. Itu kuncinya." jelas Ari.

"Harus diakui militansi grassroot 02 lebih bagus, narasi lebih bagus. Sementata 01 hanya menang di etalase dan dukungan deklarasi," sambungnya.

Berdasarkan survei beberapa lembaga, elektabilitas Prabowo-Sandiaga memang masih kalah dari Jokowi-Ma'ruf. Seperti misalnya survei dari Jaringan Suara Indonesia (JSI) yang menyatakan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 55,6 persen, sementara Prabowo-Sandiaga sebesar 26,1 persen.

Begitu juga dengan survei Charta Politika. Hasil survei Charta Politika menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin 53,6 persen, Prabowo-Sandiaga 35,4 persen.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews