Dinas Peternakan Pastikan Sapi di Bintan Bebas Penyakit Brucellosis

Dinas Peternakan Pastikan Sapi di Bintan Bebas Penyakit Brucellosis

Salah satu peternakan sapi di Bintan (Foto:Ary/Batamnews)

Bintan - Penyakit Brucellosis yang baru-baru ini ditemukan terjangkit pada Sapi Cilegon Banten yang dikirim ke Ogan Hilir, Sumatera Selatan tidak sampai tersebar atau mewabah di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Hewan di Dinas Peternakan Bintan, drh. Iwan Berri Prima mengatakan, meski banyak sapi yang di datangkan dari Sumatera ke Bintan, tapi sapi iti dapat dipastikan bersih dari penyakit Brucellosis.

"Di Bintan masih nihil penyakit tersebut. Karena secara klinis maupun berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoris belum ada ditemukan," kata dia kepada Batamnews.co.id, Kamis (14/2/2019).

Penyakit Brucellosis disebabkan oleh kuman atau bakteri Brucella. Brucellosis juga merupakan penyakit Zoonosis yang dapat menular dari hewan ke manusia dan merupakan Food Borne Disease dapat ditularkan melalui produk hewani yang masih mentah seperti air susu sapi perah yang tidak dimasak dengan baik, daging, dan produk olahan susu lain (misalnya keju) dari hewan yang terinfeksi Brucella.

Kemudian juga bisa menular dari hewan ke manusia melalui udara yang masuk ke sistem pernapasan manusia atau kontak fisik dengan hewan yang terinfeksi penyakit tersebut. Kontak fisik itu bisa terjadi jika sesorang mengalami luka dan terkena darah sapi itu.

Selain sapi, penyakit ini juga bisa menyerang hewan ternak lainnya yaitu Brucella suis (babi), Brucella melitensis (kambing), Brucella ovis (domba), Brucella canis (anjing) dan Brucella neotomae (rodensia).

"Jika pada sapi ternak menyebabkan aborsi pada induknya yang bunting. Ciri khas abortusnya terjadi pada setengah masa bunting terakhir (umur kebuntingan trimester terakhir)," sebutnya.

Bakteri ini mampu bertahan hidup di dalam tubuh manusia dan bisa berpindah melalui sistem aliran getah bening atau melalui aliran darah, dari satu organ menuju organ lain.

Potensi penularan penyakit tersebut kepada manusia dapat dilihat pada gejala klinisnya. Jika wanita yang terinfeksi bisa menularkan penyakit ini ke bayinya melalui proses melahirkan dan proses menyusui.

"Penularan juga bisa terjadi melalui hubungan seksual atau transfusi darah," ucapnya.

(ary)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews