Temuan Unicef di Kepri

Ibu Hamil 4 Kali Keguguran Akibat Rubella di Tanjungpinang

 Ibu Hamil 4 Kali Keguguran Akibat Rubella di Tanjungpinang

Penyakit Rubella

Batam - The United Nations Children's Fund (Unicef) menemukan ibu rumah tangga yang keguguran sampai 4 kali akibat penyakit Campak Jerman atau Rubella di Tanjungpinang.

Hal itu disampaikan konsultan Unicef untuk wilayah Provinsi Kepri dan Kota Batam Efrizal Putra Candra ketika acara Advokasi dan Re-Sosialisasi Imunisasi MR di Kota Batam, Kamis (27/9/2018).

"Di Tanjungpinang terdapat dua orang ibu hamil 6 kali keguguran 4 kali akibat terinveksi virus MR tersebut," katanya.

Ia melanjutkan, selain itu dua orang tua lainnya anaknya mengalami cacat. "Para pasien itulah kita tampilkan beberapa waktu lalu di Pinang, untuk memperlihatkan bahwa beginilah bahaya MR tersebut," katanya.

Konsultan Unicef wilayah Kepri dan Batam saat diwawancari awak media, Kamis (28/9/2018). (Foto: Yogi/batamnews)

 

Hendra mengatakan, hal itu yang menjadi cerita ibu-ibu tersebut. "Bagaimana nanti ketika ia meninggal siapa yang bisa merawat anaknya yang cacat seumur hidup. Jauh harapan untuk bisa sembuh," katanya.

Ia melanjutkan, kampanye imunisasi MR saat ini ada tiga tantangan yaitu mendorong anak mau imunisasi, meyakini masyarakat terhadap isu kehalalan dan memfasilitasi anak-anak yang sudah menderita. "Sekarang tantangannya semakin banyak," katanya.

Hendra yakin jika pemerintah daerah termasuk MUI bisa kerjasama menyosialisasikan imunisasi Measles dan Rubella menurutnya target 95 persen tersebut bisa tercapai.

Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yudiana mengatakan, masalah yang dihadapi untuk penyebaran imunisasi MR karena masyarakat terlanjut menolak terkait status kehalalan vaksin  yang heoih beberapa waktu lalu. "Kita akan terus melakukan upaya untuk menggugah hati masyarakat yang menolak," katanya.

Tjetjep mengatakan, saat ini Provinsi Kepri berada pada urutan 7 terendah penyebaran imunisasi MR. "Capaian Kepri sampai 27 September 2018 sebesar 43.97 persen masih jauh target 95 persen," katanya.

Tjetjep melanjutkan, menurutnya masyarakat harus pahami virus MR ini dampaknya sunguh luar biasa.

"Jika seorang ibu hamil terkena rubella maka anaknya akan cacat seumur hidup. Sehingga kondisi itu tidak produktif bagi anak dan menjadi beban keluarga maupun negara," ujarnya.

Tjetjep mengatakan, sudah banyak penderita di Kepri tercatat 400 orang lebih, dan kebanyak mereka tidak mampu untuk mengobati anaknya. "Untuk penderita, Insyallah pemerintah tidak lepas tangan," katanya.

Ia mengatakan, untuk satu kasus pasien yang terkena rubella itu bisa menghabiskan biaya Rp. 800 juta untuk pengobatan.

"Jadi kita menghimbau, warga untuk segera memvaksinisasi anaknya baik di puskesmas, posyandu dan rumah sakit," katanya.

Sekretaris MUI Provinsi Kepri Hedi mengatakan, MUI sudah sampaikan kepada MUI kabupaten dan kota se Kepri untuk melanjutkan imunisasi MR. "Yang masih bermasalah dimasyarakat kan karena menanyakan daruratnya dimana," katanya.

Namun Hedi mengatakan, yang mengatakan darurat tersebut adalah para ahli jadi ketika sudah dikatakan Dinkes darurat berdasarkan temuan ahli berarti itu sudah darurat.

"Sudah jelas, campak dan rubella membahayakan ibu hamil bagaimana generasi indonesia kedepannya," katanya.

Bahkan MUI Kepri juga sudah mensosialisasikan melalui media cetak, online dan TV agar masyarakat diimunisasi MR.

Begitu juga dengan Ketua Fatwa MUI Kota Batam Lukman mengatakan, yang perlu dilakukan adalah bagaimana pemerintah bisa meyakini masyarakat dan menjelaskan ukuran darurat tersebut. "Sehingga mereka (masyarakat) mau untuk imunisasi," katanya.

(tan)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews