Supriadi, Anak Penjual Es Teh yang Bawa Timnas U-16 Juara

Supriadi, Anak Penjual Es Teh yang Bawa Timnas U-16 Juara

foto : viva.co.id

Lesatan gol Mochamad Supriadi (16) pada menit ke-2 saat menghadapi Filipina pada Minggu (29/7), membuat semangat para pendukung Garuda Muda terbakar hebat. Gol ini lah yang mengawali langkah Indonesia di Piala AFF U-16. Setelah mengalahkan Filipina 8-0, Garuda Muda tak pernah tersentuh kekalahan hingga menjadi jawara. Namun, siapa sangka bahwa pencetak gol perdana dalam gelaran Piala AFF U-16 2018 ini adalah seorang anak penjual es teh di Surabaya.

Kalsum (57) dengan mata berbinar menceritakan kebanggaannya terhadap anak bungsunya tersebut. Wanita yang tidak bisa berbahasa Indonesia ini mengisahkan perjuangannya demi mengantarkan menjadi gelandang andalan Timnas Indonesia U-16 saat ini.

1. Berawal dari menonton bola di pinggir lapangan
Ditemui di kediamannya Jalan Kedung Asem, Surabaya, Kalsum yang sehari-hari bekerja sebagai pedangang es teh menerima kedatangan IDN Times dengan senyuman, Senin (30/7). Mengenakan kerudung merah dan gamis hitam, Kalsum mengaku kaget atas kedatangan wartawan. Ia pun menjamu IDN Times di ruang tamu yang juga sekaligus kamar tidurnya tersebut. "Saya gak bisa bahasa Indonesia sama sekali. Gak apa-apa, ya?" tanyanya polos.

Kalsum bercerita, awalnya Supri yang kala itu belum bersekolah hanya mengamati para pemain sepak bola di lapangan tempat ia berjualan. "Dulu waktu Supri masih kecil bantu saya jualan. Angkat-angkat termos es ke pinggir lapangan sambil lihat orang main bola. Walah anaknya siapa itu main bola gak pakai baju. Tapi mainnya enak buk, katanya," kenang Kalsum. Dari sana, ia kemudian mulai menyukai olahraga bola sepak tersebut. Supri kemudian bergabung dengan Rungkut FC sejak TK hingga SMP.

Sementara sang anak latihan bola, Kalsum berjualan di samping lapangan. "Emak jualannya jam 8 pagi sampai 11 siang. Sekarang rujaknya libur. Kaki emak sakit cekot cekot kena asam urat," terangnya.

Dari hasil berjualannya, Kalsum menghasilkan uang tak lebih dari Rp100 ribu sehari. Jumlah ini pun belum termasuk modal yang akan kembali digunakannya untuk jualan keesokan harinya. "Adanya ya gini. Diputer terus," tuturnya.

Ia terpaksa harus menjadi tulang punggung keluarga lantaran sang suami, Denan, saat ini hanya bisa terkulai lemas di ranjang. Kalsum tak menjelaskan rinci kondisi Denan. Ia hanya menyebut kondisi kesehatan sang suami karena faktor usia. "Bapak itu badannya kadang enak kadang enggak. Sekarang sudah gak kerja. Badannya gemuk sekali," terangnya.

2. Sempat gadaikan baju untuk biaya turnamen
Dengan ikhtiar seadanya, Kalsum mengaku selalu berusaha mendukung Supri meraih cita-citanya sebagai pemain timnas. Saat masih bermain di Rungkut FC, tak jarang Kalsum berutang untuk membayar biaya turnamen Supri. "Dulu emak sampai pinjam uang anakan (berbunga besar). Pinjamnya seratus jadinya seratus tujuh lima," ceritanya dengan nada suara yang meninggi.

Tak hanya meminjam uang, Kalsum juga rela menggadaikan barang-barangnya bahkan baju-baju demi membiayai turnamen Supri. "Kalau waktunya turnamen saya sampai gadaikan baju. 2 karung baju saya gadaikan dapat Rp60 ribu buat bayar turnamen," kenangnya masih dengan mata berbinar.

3. Karir sempat tersendat akibat biaya
Masalah biaya benar-benar menjadi momok bagi Supri untuk menggapai cita-citanya. Suatu ketika, saat keuangan keluarga benar-benar kekurangan, Denan sempat melarang Supri untuk mengikuti turnamen di Blitar. "Jangan ikut turnamen ya bapak gak punya uang," ujar Kalsum menirukan ucapan suaminya.

Alhasil, Supri sempat murung dan mogok makan selama sehari semalam. "Dia dulu bilang, 'Emak, Supri gak beli es gak apa-apa, mak. Yang penting bisa ikut turnamen," jelas Kalsum.

Beruntung, pelatih Rungkut FC mendatangi Kalsum dan membantu biaya turnamen Supri. "Katanya gak apa-apa nanti biayanya dibantu wali murid yang lain. Soalnya kalau gak ada Supri mending gak berangkat," tutur Kalsum sumringah.

4. Sempat diterlantarkan setahun, kini Supri jadi andalan Garuda Muda
Setelah bermain dengan Rungkut FC lebih dari 10 tahun, potensinya kemudian tercium oleh pemandu bakat asal ibu kota. Ia pun ditawari untuk bergabung dengan salah satu klub di Jakarta. Sayang, nasibnya di sana terlantar hampir setahun karena tak mendapat perhatian dari klub tersebut. Bahkan, Supri sempat sakit.

Mendengar kabar itu, Kalsum pun berangkat ke Jakarta demi menjenguk anaknya. "Walah, nak. Uripmu kok cek soroe nang kene. (Waduh, nak. Hidupmu kok susah sekali di sini)," kenang Kalsum dengan mata berkaca-kaca. Ia pun kemudian berpindah ke klub ibu kota lain yaitu SSB Bina Taruna. Di sinilah pelatih timnas U-16, Fachri Husaini kepincut dan memboyongnya dalam skuad Garuda Muda.

Usaha Kalsum selama ini pun terbayar. Supri kecilnya kini menjadi bintang baru, dan membawa timnas Indonesia U-16 juara!

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews