Pertumbuhan Ekonomi Kepri Urutan Buncit, Apindo: Saya Kaget, Prihatin dan Malu

Pertumbuhan Ekonomi Kepri Urutan Buncit, Apindo: Saya Kaget, Prihatin dan Malu

Ketua Apindo Kepri Ir Cahya (Foto: dok. pribadi)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau terus memburuk. Dari 34 provinsi di Indonesia, Kepulauan Riau masuk urutan buncit. 

Perekonomian Kepri di tingkat nasional hanya setingkat di atas Nusa Tenggara Barat (NTB). NTB di urutan 34 atau buncit, kemudian Kepri berada di urutan 33 dengan pertumbuhan hanya 1,52 persen di semester pertama 2017.

“Pertumbuhan melambat di semester pertama 2017, saya sangat kaget, merasa prihatin dan malu,” ujar Ir. Cahya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Kepulauan Riau, Senin (7/8/2017).

Angka ini terbilang sangat buruk dalam sejarah di Kepulauan Riau. Bahkan Batam pernah mencapai pertumbuhan ekonomi dua digit beberapa tahun silam. 

Kata Cahya, Batam pernah di puncak pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional. 

“Kini urutan bontot se-Indonesia,” ujar Cahya. Cahya mengungkapkan, kekhawatiran ini sudah pernah disuarakan Apindo termasuk pengusaha lainnya.

“Ini adalah kenyataan dari keluhan-keluhan kami, bisnis benar-benar lagi susah, jadi jangan lagi ditutupin dg sejumlah dalih bahwa seolah Batam seolah-olah menggeliat,” ujar bos Arsikon Group tersebut.

Kata Cahya, memburuknya ekonomi di Kepulauan Riau ini menjadi tanggung jawab bersama, terutama dari pimpinan daerah. 

“Para pimpinan daerah jangan asyik dalam mimpinya dan tinggal diam aja. Lihat kenyataannya? Ini hasil kinerja bapak-bapak sekalian.  Pertumbuhan hanya 1,52%. Mohon segera cari solusi untuk mengatasinya,” ujar Cahya. 

Angka pertumbuhan ekonomi itu sudah dirilis Bank Indonesia beberapa bulan lalu. Anjloknya pertumbuhan ekonomi ini diprediksi dampak dari sektor galangan kapal serta ritel yang lesu.

Sejumlah perusahaan juga dikabarkan tutup. Data di Dinas Tenaga Kerja Batam ada sekitar 34 perusahaan yang tutup.

Jumlah karyawan yang di-PHK pun mencapai puluhan ribu. Selain itu angka pengangguran juga terbilang tinggi. Disnaker Batam memperkirakan ada sekitar 300 ribu orang pengangguran saat ini.

Di lapangan sejumlah perusahaan galangan kapal serta minyak dan gas, menjadi perusahaan yang banyak terkena imbas resesi ekonomi. Kebanyakan dari mereka tidak lagi mendapat orderan proyek.

Beberapa diantaranya adalah perusahaan galangan kapal terbesar di Batam yang berbasis di Tanjunguncang, serta perusahaan oil and gas seperti McDermott.***

(snw)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews