Cahya: Investasi Batam Diambang Kolaps

Cahya: Investasi Batam Diambang Kolaps

Ketua Apindo Kepri Ir Cahya (Foto: dok. pribadi)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Kondisi dunia investasi di Batam, Kepulauan Riau, dinilai semakin rumit. Bahkan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepulauan Riau khawatir investasi semakin terpuruk.

“Batam kini benar-benar tidak menarik lagi, selain perizinan yang semakin sulit, birokrasi berbelit-belit,” ujar Ketua Apindo Kepri, Ir. Cahya, kepada batamnews.co.id, Rabu (22/3/2017).

Cahya juga menyinggung soal statemen dari pejabat Badan Pengusahaaan Kawasan Batam terkait lahan serta investasi, yang dinilai, membuat khawatir. 

“Statemen-statemen petinggi Batam sering membuat kegaduhan, kemudian mengenai kekisruhan pembagian kewenangan antara BP dan Pemko juga berdampak, kini ditambah dengan upah minimum yang sangat tinggi di banding sesama negara-negara tetangga. Sehingga membuat Batam semakin dijauhi investor. Sudah tidak ada kekhususan lagi,” ujar Cahya.

Apindo merasakan, para pelaku usaha dilanda kegelisahan mendalam. “Setiap hari saya menerima puluhan telepon bernada pesimis dan kekecewaan dengan kondisi ekonomi,” cetusnya. 

Pengusaha, kata dia, seolah lagi putus asa, tidak mengerti apa yang hendak diperbuat. “Dan harus mengadu ke mana lagi? Satu-satunya hanya kepada Tuhan kami mengadu,” ujar bos perusahaan pengembang Arsikon Group ini. 

Menurut Cahya, seharusnya di era persaingan ekonomi global, Batam cepat berbenah dan mempercantik diri agar dilirik investor.

“Tapi kenyataannya kita malah larut dalam kegaduhan dan saling tuding, saling menyalahkan, kapan kita bekerja, sedih melihat ini semua,” ungkapnya. 

Dan tak kalah penting, kata Cahya, nilai Upah Minimum Kota (UMK) yang semakin hari semakin tinggi, sehingga tak lagi kompetitif di negara-negara ASEAN, serta memberatkan pengusaha. 

Sementara faktanya, Myanmar, Laos, Kamboja dan Vietnam kini benar-benar menjadi kompetitor dengan upah yang relatif sangat rendah. 

“Ini membuat satu per satu perusahaan-perusahaan di Batam angkat kaki dari Batam dan berpindah ke sana. Di negara lain, UMK tidak naik tiap tahun, diputuskan berdasarkan kondisi ekonomi tiap tahun, kalau kita pasti akan naik tiap tahun,” ujar Cahya. 

Cahya memperkirakan, 5 tahun lagi UMK Batam mencapai Rp 5 juta per bulan. Sebuah nilai yang sangat mencemaskan.

“Saat ini minimum ada lebih dari 200 ribu pengangguran, setiap ada lowongan, ribuan pekerja antre melamar, kami benar-benar prihatin sekali,” ujar dia. 

Apindo Kepri juga merilis daftar UMK 2017 di beberapa negara ASEAN.

Berikut daftarnya: 

Myanmar     Rp     940.000  per bulan
Laos            Rp  1.500.000  per bulan
Kamboja      Rp  1.800.000  per bulan
Vietnam       Rp  2.200.000  per bulan
Filipina         Rp 2.700.000  per bulan
Thailand      Rp 2.800.000  per bulan
Malaysia      Rp  3.000.000  per bulan
Batam          Rp  3.240.000  per bulan

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews