Dolar Singapura Jatuh, Terendah Sejak 2009

 Dolar Singapura Jatuh, Terendah Sejak 2009

Ilustrasi. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Singapura - Dolar Singapura jatuh ke titik terlemah pada pekan ini. Pelemahan ini merupakan yang terparah sejak Agustus 2009, selama krisis keuangan global. Diperkirakan, pelemahan dolar Singapura akan terus berlanjut.

Melansir dari CNBC, Rabu (21/12/2016), nilai tukar dolar Singapura (Sing) terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mengalami titik terendah selama pekan ini. Pada Senin, Sing berada di 1,4428 per USD. Dan pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, jatuh ke Sing 1,4506 per USD dan pada hari ini berakhir di level Sing 1,4444 per USD.

Lemahnya mata uang Singapura ini disebabkan melonjaknya indeks greenback, nama lain dari dolar AS, terhadap mata uang regional Asia Tenggara setelah hasil mengejutkan pemilu Amerika yang memenangkan Donald Trump. Hal ini ditambah kebijakan The Fed yang menunjukkan kemungkinan akan menaikkan suku bunga tiga kali pada tahun depan.

Hasil buruk di atas membuat Bank Sentral Singapura disinyalir melakukan intervensi untuk mendukung Sing. Namun, Otoritas Moneter Singapura (MAS) menolak berkomentar soal melemahnya Sing hingga 1,4444 terhadap greenback pada penutupan Rabu ini.

Para analis lantas memperkirakan bahwa dolar Singapura bisa jatuh lebih mendalam. Meski demikian beberapa kalangan menampik kemungkinan jatuhnya mata uang regional Asia Tenggara akan mengulang krisis keuangan Asia seperti tahun 1998.

Mereka berpendapat melemahnya dolar Singapura saat ini hal normal dan memiliki peluang untuk kembali naik. Seperti halnya krisis keuangan global, ketika itu Sing mencapai 1,5562 per USD pada akhir 2009, dan sempat menyentuh level di atas 1,85 per USD pada 2001, setelah serangan teroris 11 September 2001 di New York.

“Ekonomi dan keuangan Singapura merupakan salah satu negara Asia yang terkena dampak dari Brexit dan ancaman proteksionisme dari Amerika Serikat serta ditambah risiko politik di Eropa,” tulis Nomura, perusahaan jasa investasi dan finansial yang bermarkas di Tokyo, Jepang.

Selain itu, analisa Nomura, ekonomi Singapura saat ini mengalami tantangan domestik yang kian kompleks. “Tingginya tingkat rumah tangga dan leverage perusahaan juga menyiratkan kerentanan terhadap cepatnya kenaikan suku bunga AS dan kebijakan Trump. Sehingga hal tersebut memperketat kondisi keuangan di Singapura”.

Melihat hal ini, Nomura memangkas proyeksi pertumbuhan PDB Singapura pada 2017, dari 1,0% menjadi 0,7%. Demikian dilansir sindonews.
 
(ind)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews