Tekong TKI Ilegal Kutip Rp 5 Juta per Orang untuk Biaya Pulang, Begini Modusnya

Tekong TKI Ilegal Kutip Rp 5 Juta per Orang untuk Biaya Pulang, Begini Modusnya

Hariyanto, korban selamat speed boat tenggelam di perairan Nongsa, Batam. (foto: isk/batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Tekong kapal pembawa TKI ilegal dari Malaysia menuju Batam, Kepulauan Riau (Kepri) bisa meraup keuntungan ratusan juta rupiah sekali membawa rombongan TKI ilegal.

Hal ini terungkap setelah terjadi peristiwa tenggelamnya kapal speedboat di perairan Tanjungbemban, Teluk Mata Ikan, Nongsa yang membawa 98 orang TKI ilegal dari Malaysia.

Dari keterangan saksi yang masih hidup, Hariyanto (50), untuk kembali ke Indonesia mereka harus membayar 1.500 ringgit Malaysia atau hampir Rp 5 juta per kepala.

"Ongkos pulangnya kalau dijadikan uang Indonesia sekitar Rp 5 juta," kata Hariyanto.

Pria asal Bondowoso, Jawa Timur ini mengaku sudah empat kali berangkat ke Malaysia untuk menjadi TKI. Karena masa limit tinggal sudah habis ia terpaksa pulang menggunakan jalur tidak resmi.

"Sama ini (kejadian kapal terbalik) sudah empat kali ke Malaysia. Cukuplah ini yang terakhir, memang rencana berangkat kali ini untuk mencari modal," kata dia.

Kata dia, kejadian tenggelamnya kapal speedboat yang mereka tumpangi sangat cepat. "Kami disuruh turun dan masih agak jauh di tengah, tapi tidak ada yang mau. Akhirnya perjalanan dilanjutkan, angin kencang, ombak besar. Kemudian tiba kapal terbalik karena muatan penuh berdesakan," ujarnya dengan nada bergetar menjelaskan.

Saja kejadian, katanya, semua panik, histeris minta tolong. "Saya waktu berusaha keluar di balik kapal yang tertelungkup, tapi kaki saya ditarik-tarik sampai dua kali. Saya selamat karena tersapu ombak ke tepi. Sementara sebagian ada yang naik di atas lambung kapal yang terbalik," kata dia lagi.

"Uang yang saya bawa pulang habis semua. Total ada Rp 4 juta, sebagian masih berupa uang ringgit," ucap Hariyanto.

Hariyanto mengungkapkan bagaimana harus berjuang pulang ke Indonesia.

"Saya sudah dua hari (menuju pulang) dari Malaysia. Dari Malaysia ke pelabuhan naik bus bersama tekong, kemudian singgah di rumah tekong," ujar Hariyanto saat berbincang bagaimana ia bisa selamat dari kejadian.

Sebelum menuju pelabuhan, ia bersama rekan-rekannya makan terlebih dahulu di rumah tekong dan kemudian masuk ke hutan yang jaraknya cukup jauh.

"Selesai makan di rumah tekong, jam 12 malam kami masuk hutan untuk berkumpul," kata Hariyanto.

Kemudian Hariyanto bercerita bagaimana cara untuk menaiki kapal yang mereka tumpangi. "Setelah dikumpulkan di dalam hutan, kami bukannya langsung naik semua ke kapal. Tapi, harus maju 10 orang secara bertahap," ucapnya.

Sesampai di dermaga, kata dia, untuk naik ke kapal mereka harus melewati genangan air hingga leher. "Jarak dermaga ke kapal sekitar 50 meter ke kapal, untuk ke kapal ada genangan air sampai leher," ujarnya bercerita.

"Kami berangkat jam 3 malam (waktu Malaysia). Angin kencang dan ombak besar. Udah dekat sini (perairan Tanjungbemban, kami disuruh turun untuk berenang ke pantai dan tidak ada yang mau, kemudian perjalanan dilanjutkan," ujarnya dengan nada bergetar.

"Kapal tenggelam pukul 05.00 WIB pagi. Angin kencang sekali, ombak besar. Sementara muatan kapal penuh berdesakan dan kapal terbalik. Semua panik, saya berada di dalam kapal yang tertelungkup, kaki saya dua kali ditarik-tarik dan akhirnya saya selamat disapu ombak. Sementara yang lain berusaha naik ke lambung kapal yang tertelungkup," kata dia dengan nada sedih yang tertahan.

Dua dari tiga orang awak speed boat yang tenggelam di perairan Tanjungbemban, Teluk Mata Ikan, Nongsa berhasil selamat yaitu inisial H dan D. D ditangkap di Tanjungpinang dan H masih buron. Satu orang lagi belum diketahui.

(isk)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews