Menanti Khianat Partai Pengusung

Menanti Khianat Partai Pengusung

Almarhum Sani bersama Nurdin beberapa waktu lalu (Foto: Batamews)

MEMASUKI bulan ke tujuh sepeninggal almarhum Gubernur H. M Sani, belum nampak tanda tanda siapa calon wakil gubernur yang akan mengisi kekosongan jabatan wakil gubernur Provinsi Kepulauan Riau.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo bahkan sudah dua kali berkirim surat agar pemilihan wakil gubernur segera dilaksanakan. Sayangnya partai pengusung sampai detik ini masih belum memutuskan siapa dua nama yang akan diajukan ke Sidang Paripurna DPRD Kepri.

Belum putusnya dua nama ini ditengarai karena alotnya negosiasi antar partai pengusung. Masing masing partai ngotot mengajukan calonnya yang paling berhak untuk maju mendampingi Gubernur Nurdin Basirun. Disamping itu sikap diam dan mengambang Gubernur Nurdin Basirun juga ikut membuat dinamika perebutan jabatan wagub ini bergerak liar tanpa irama kesepahaman.

Pekan lalu, tersiar kabar ada manuver politik dari salah satu partai pengusung. Partai pengusung ini terendus sedang mengajukan nama lain di luar dugaan. 

Kabar ini kontan mengejutkan publik khususnya relawan Sanur. Kabar berita itu serasa seperti sambaran geledek di siang bolong. 

Berita Batamnews.co.id, mengendus ada lobi-lobi bawah tanah terjadi antara salah satu partai pengusung dengan mengajukan lawan politik Sanur. 

Saat bersamaan, Partai Demokrat sebagai partai utama yang mengusung Sanur dan Ramah sedang berduka. Demokrat terluka pedih dan marah ketika Walikota Batam Rudi yang baru saja menang pilwako tiba tiba lompat perahu. 

Tanpa ba bi bu Rudi pindah geladak. Rudi pindah menjadi Sekda Partai Nasdem Kepri berduet dengan Gubernur Nurdin Basirun yang juga menjabat Ketua Nasdem Kepri.

Kepindahan Rudi ini menimbulkan kejengkelan dan perih tak terkira buat Partai Demokrat. Wajar, baru saja Demokrat Kepri kehilangan kadernya Gubernur  H.M Sani yang menang pilgub lalu. Sani meninggal dunia padahal baru dua bulan dilantik menjadi gubernur.

Kini, kadernya Rudi yang menjabat Ketua Demokrat Batam tiba tiba tanpa say good bye memunggungi Partai Demokrat yang telah memenangkan Rudi. Ini seperti habis manis sepah dibuang. Setelah mencicipi madu lalu mencampakkan Demokrat begitu saja. Sakitnya tuh di sini, di dada, di kepala, di sumsum tulang belakang.

Kedukaan Demokrat ini akan semakin perih andai saja dalam pengisian cawagub Kepri sepeninggal Ayah Sani, Demokrat gagal memenangkan kadernya duduk di posisi wakil gubernur.

Tanda tanda Demokrat akan dikerjai terasa kencang terdengar. Kebisuan Gubernur Nurdin Basirun dibaca publik sebagai pembiaran gelanggang pertarungan terbuka bebas tanpa panduan. Belum keluarnya rekomendasi Partai Nasdem juga menambah kencangnya gerak bandul ayunan perebutan wagub antar sesama partai pengusung. Bergerak liar tak tentu arah.

Hingga saat ini, Partai PKB yang memiliki 3 kursi telah merekomendasikan dua nama yakni Isdianto dan Mustofa Wijaya. Partai Gerindra, 2 kursi,  juga merekomendasikan Isdianto dan Mustofa Wijaya. Partai PPP, 3 kursi, masih wait and see. Partai Demokrat, 7 kursi, diperkirakan hari ini merekomendasikan Isdianto dan M. Nasir. 

Dalam konstelasi kalkulasi kekuatan, perkiraan nama nama cawagub yang akan masuk putaran pertama yakni Isdianto, Mustofa Wijaya dan M Nasir, Partai Nasdem menjadi partai penentu mau kemana pendulum bandul cawagub ini bergerak. 

Nasdem diuntungkan karena punya dua kursi dan juga kadernya adalah Gubernur definitif. Gubernur memiliki hak veto dalam menentukan siapa cawagub yang cocok mendampinginya lima tahun kedepan. Salah pilih malah bisa berabe. Pecah kongsi karena ambisi dan ego kuasa.

Jika Nasdem merekomendasikan nama sama seperti nama yang diajukan Demokrat maka dipastikan nama Isdianto dan M. Nasir lah yang akan dipilih DPRD Kepri. Kalau skenario ini terjadi maka Sidang Paripurna akan aman tanpa riak manuver. Dua duanya adalah pilihan Demokrat.

Namun jika Nasdem merekomendasikan nama lain di luar nama yang direkomendasikan Demokrat, kocok ulang akan terjadi. Ini bahaya buat Demokrat.

Risikonya Demokrat berpeluang tidak mendapat apa apa. Walhasil sudahlah kehilangan Gubernur dan Walikota Batam, jabatan Wagub pun melayang.

Kejumutan pengisian cawagub ini tentu merugikan perjuangan seluruh pendukung Sanur. Perjuangan berdarah darah dari semua relawan Sanur seakan akan tidak dihargai oleh partai pengusung dan Gubernur Nurdin Basirun. Membiarkan nama cawagub di luar dari nama nama yang ikut berkeringat sungguh "pengkhianatan" perjuangan.

Manuver politik transaksional partai pengusung telah melukai perjuangan dan ketulusan relawan. Akrobatik partai pengusung bukan saja menciderai spirit perjuangan relawan tapi lebih dari itu telah mengkhianati nilai nilai visi misi spirit Ayah Sani. 

Nilai nilai perjuangan Ayah Sanilah yang mengikat seluruh relawan hingga mau berjuang, berjibaku bahu membahu, berdarah darah mengorbankan seluruh materi, keringat, waktu, pikiran bahkan jiwa raga.

Mereka menggadaikan nilai, marwah, martabat, kehormatan dan kebanggaan seorang pahlawan Kepri Ayah Sani dengan barter nilai nafsu pribadi semata. 

Hitungan empat minggu lagi, pusaran perebutan posisi wagub Kepri ini bakal semakin kencang. Pusaran ini bisa berakhir menjadi sejuk, angin sepoi sepoi tapi bisa juga menjadi badai topan yang meluluhlantakkan nilai nilai perjuangan Ayah Sani.

Untuk itu, suka tidak suka, mau tidak mau segenap relawan dan pendukung Ayah Sani seperti  Bara JP, Tapanuli Center, FKPPK, Relasi, HMKI dan lain lain harus turun gunung kembali ke kawah candradimuka mengawal cawagub tidak keluar dari nilai nilai perjuangan Ayah Sani. 

Perjuangan ini rasanya belum usai. Perjuangan ini tidak boleh dibiarkan jadi ajang transaksional partai pengusung dan penghamba kekuasaan yang tidak punya hubungan emosional dengan para relawan Sanur.

Sekali layar berkembang, surut kita berpantang. Apapun taruhannya nilai nilai spirit Ayah Sani akan terus kita perjuangkan sekalipun.

 

Birgaldo Sinaga
Ketua BaraJP Kepri

 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews