Ngeri! Setiap Hari Presiden Filipina Perintahkan Bunuh Pengedar dan Pecandu Narkoba

Ngeri! Setiap Hari Presiden Filipina Perintahkan Bunuh Pengedar dan Pecandu Narkoba

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Manila - Perang melawan gembong dan pecandu narkoba yang dikobarkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang dijuluki sebagai “The Punisher” atau “Penghukum” benar-benar mengerikan. Ratusan orang yang dibunuh karena jadi bagian dari target perang melawan narkoba.

Sejak Duterte terpilih sebagai Presiden Filipina dua bulan lalu, ratusan orang baik pengedar maupun pecandu narkoba tewas di bunuh di jalanan secara acak. Sebanyak 120 ribu pelaku kejahatan narkoba secara sukarela menyerahkan diri ke polisi.

Adegan pertumpahan darah diabadikan para wartawan di pusat Manila, di mana Redentor Manalang (50) dibunuh oleh orang tak dikenal pada malam hari. Redentor yang diduga pecandu narkoba dibunuh saat mengemudi sepeda roda tiga. Di sampingnya terdapat batu nisan dengan pesan tertulis yang berbunyi;”Jangan meniru saya”.

”Satu minggu yang lalu, kami mendapati 18 orang tewas, itu adalah malam yang sangat panjang,” kata Patrick Adalin, seorang fotografer untuk tabloid lokal, Abante, seperti dikutip ABS-CBN, Jumat (29/7/2016).

”Karena semua operasi sedang berlangsung, sesuatu terjadi setiap malam.”

Berdasarkan data resmi polisi dan laporan media lokal, rata-rata 10 orang tewas setiap hari terkait perang melawan narkoba di seluruh negeri Filipina. The Inquirer pada Pada 25 Juli mencatat, jumlah korban tewas—sejak  Duterte terpilih sebagai presiden pada 10 Mei 2016—telah mencapai 430 orang.

Para pejabat Filipina mengklaim ada efek positif dari perang melawan kejahatan narkoba yang mereka juluki sebagai fenomena ”Duterte effect”. Angka kejahatan telah menurun 13 persen sejak Duterte memenangkan kursi kepresidenan.

Meski perang melawan kejahatan narkoba diklaim Pemerintah Filipina telah mengurangi angka kejahatan, namun Komisi HAM menyuarakan keprihatinan terkait pembunuhan secara serampangan yang kebanyakan menyasar warga miskin.

Komisi HAM di negara itu baru-baru ini meluncurkan penyelidikan atas 103 kasus, termasuk 33 kasus pembunuhan terkait kejahatan narkoba selama operasi yang diluncurkan polisi.

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews