Lima Wanita Penghibur Terkenal yang Mengubah Sejarah

Lima Wanita Penghibur Terkenal yang Mengubah Sejarah

Li Shishi. (foto: ilustrasi/istimewa)


BATAMNEWS.CO.ID - Kecantikan hingga kelembutan hati seorang wanita ternyata bisa membuat siapa saja luluh dan tunduk kepadanya. Wanita bisa menjadi suatu pembeda bagi siapa saja yang sudah dimabuk cinta pada wanita tersebut. Seperti yang dilakukan oleh deretan wanita-wanita penghibur berikut ini.

Tak hanya sekedar terkenal karena kecantikan ragawi yang mereka miliki. Para wanita penghibur ini juga dianugrahi dengan kecerdasan dan bakat seni yang begitu mengagumkan. Sudah banyak para pria yang jatuh pada pelukannya, bahkan tokoh penting dunia yang menjadi pilar dalam penulisan sejarah dunia pun berhasil mereka luluhkan dengan pesona kewanitaannya.

Walaupun posisi mereka sebagai wanita yang bergelut dalam dunia prostitusi dan kesenangan yang mana selalu dianggap rendah oleh masyarakat. Namun mereka menjelma dan berhasil mencantumkan nama mereka dalam sejarah dunia. Berikut adalah lima kisah wanita penghibur paling terkenal dalam sejarah perkembangan dunia :

Theodora


Theodora bisa dikatakan sebagai wanita penghibur yang paling sukses dalam meningkatkan derajatnya. Sempat memulai karir sebagai aktris pada masa kejayaan Byzantium, Theodora kemudian menjadi permaisuri Raja Yustinianus. Dia merupakan tokoh penting di balik pemerintahan Yustinianus. Konon sang suami meminta pertimbangan Theodora dalam mengambil keputusan-keputusan krusial bagi negara. Menurut Othodox Wiki, Theodora bahkan dipuja sebagai santo bersama suaminya oleh Gereja Ortodoks Timur.

Theodora adalah putri seorang pelatih beruang di hippodrome di Konstantinopel, sementara ibunya adalah penari dan aktris. Theodora sendiri mengikuti jejak sang ibu sebagai aktris. Pada masa itu, profesi aktris nyaris tak terpisahkan dengan PSK. Konon para aktris mencari nafkah dengan tampil di panggung dan memberikan layanan seksual kepada para pengagum berduit.

Theodora sendiri mendapatkan popularitas setelah memainkan adegan Leda dan Angsa. Dia sempat menjadi simpanan sejumlah pria berkuasa sebelum akhirnya menarik hati Yustinianus.

Takao II


Takao II atau juga dikenal dengan nama Sendai Takao atau Manji Takao adalah seorang tayu kenamaan di Jepang pada abad 17. Menurut Early Modern Japanese Literature: An Anthology, tayu adalah tingkat tertinggi dari profesi oiran atau pelacur pada Zaman Edo. Tak hanya menawarkan jasa prostitusi, tayu juga harus memiliki kecakapan sebagai seorang seniman. Profesi ini mencapai kejayaannya sebelum tergeser oleh geisha.

Konon Takao memiliki pesona kecantikan yang khas dan piawai dalam kesenian, membuat para tokoh penting jatuh hati kepadanya. Takao memulai debutnya pada tahun 1655 di Yoshiwara, kawasan prostitusi paling tersohor pada masa itu.

Kisah hidup Takao diceritakan kembali dalam kabuki dan sejumlah drama tradisional lainnya. Dalam drama kabuki dikisahkan Takao menolak perhatian yang dicurahkan oleh Date Tsunamune kepadanya.

Amrapali


Amrapali adalah nagarvadhu (wanita penghibur kerajaan) dari Vaishali, India kuno. Amrapali hidup sekitar tahun 500 SM. Dia sudah dinobatkan sebagai wanita tercantik di negerinya sejak usia 11 tahun.

Amrapali tumbuh menjadi seorang wanita dengan kecantikan luar biasa. Banyak bangsawan muda yang menginginkannya. Untuk menghindari pertumpahan darah, Amrapali pun dipaksa menjadi seorang nagarvadhu.

Suatu ketika Manudev, salah satu penguasa di Vaishali yang berasal dari klan Lichchavi jatuh cinta kepada pesona dan bakat menari Amrapali. Dikuasai oleh hasrat, Manudev membunuh calon mempelai Amrapali dan memboyong sang dara jelita. Dia memberikan gelar Janpath Kalyani kepada Amrapali. Janpath Kalyani adalah istilah yang diberikan untuk gadis paling cantik dan berbakat dari kerajaan. Dengan kata lain, Janpath Kalyani adalah pelacur kelas atas yang dinobatkan secara resmi oleh kerajaan.

Hwang Jini


Hwang Jini atau dikenal juga dengan nama Myeongwol merupakan salah satu perempuan paling terkenal dalam sejarah Korea. Kisah hidupnya dituliskan dalam berbagai literatur dan diadaptasi menjadi drama dan film.

Jini adalah seorang gisaeng yang sangat tersohor pada masa Dinasti Joseon. Dilansir Wikipedia, meskipun berasal dari kasta cheonmin (kasta terendah pada masa Dinasti Goryeo dan Joseon), gisaeng dianggap memiliki intelektualitas dan tindak-tanduk yang setara dengan warga dari kasta terhormat. Begitu juga dengan Hwang Jini yang dikenal karena kecantikannya yang luar biasa, kecakapannya dalam berbicara, dan terutama karena pemikirannya yang bebas, berbeda dengan perempuan-perempuan lain pada masa itu.

Hwang Jini hidup pada masa pemerintahan Raja Jungjong. Hwang Jini diperkirakan lahir pada 1506 di Kaesong (sekarang bagian Korea Utara). Konon dia adalah anak haram antara seorang pejabat dengan gisaeng. Dia tumbuh menjadi seorang wanita cantik yang cerdas dan memiliki bakat seni menonjol. Kabarnya kecantikan Jini membuat salah satu pemuda desanya sampai mati karena patah hati.

Li Shishi


Li Shishi adalah seorang wanita penghibur terkenal pada masa Dinasti Song. Menurut buku Biographical Disctionary of Chinese Women: Tang Through Ming, 618-1644, kisah hidup Li terungkap melalui biografi yang dipublikasikan oleh seorang penulis tak dikenal. Akurasi isi buku ini diragukan oleh banyak ahli sejarah. Namun keberadaan Li diperkuat oleh sejumlah literatur sejarah lainnya.

Li menjadi penghibur di rumah bordil Kaifeng. Ayahnya adalah seorang buruh celup di Bianliang, Kaifeng. Ketika sang ayah meninggal, Li yang masih kecil diadopsi oleh salah satu tetangganya. Tumbuh menjadi seorang wanita yang berparas jelita, Li pun mulai berprofesi sebagai pekerja seks komersial.

Selain kecantikannya, Li juga tersohor karena kemahirannya dalam menari, bermusik, dan berpuisi. Tak heran kalau sejumlah pria bangsawan menjadi pelanggannya. Dilansir Cultural China History, Li sempat menjalin asmara dengan Zhou Bangyan, salah satu pujangga terbesar Dinasti Song dan Kaisar Huizong. Kabarnya Kaisar Huizong melimpahi Li Shishi dengan hadiah dan emas permata karena cintanya.

Ada beberapa spekulasi yang beredar mengenai akhir hidup Li. Ada yang menyebut kalau dia diusir dari istana setelah Kaisar Huizong mundur dari tahta. Ada pula yang mengatakan Li Shishi menyumbangkan seluruh hartanya setelah Dinasti Song mengalami kemunduran dan mengasingkan diri ke Hunan atau Zhejiang. Yang paling miris menyebut Li bunuh diri dengan menelan tusuk konde emas pada puncak peperangan antara Song dan Jin. Pasalnya Li menolak saat hendak dijadikan upeti kepada panglima pasukan Jin, sehingga dia memutuskan untuk mati.

(ind/berbagai sumber)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews