Batam, Batamnews - Di tengah hiruk-pikuk pasar samping Kantor Camat Bengkong, Batam, suara tawa dan celotehan pembeli berbaur dengan suara gemericik es krim yang disajikan oleh Riski, seorang penjual es krim berusia 40 tahun. Telah lebih dari dua tahun Riski berjualan es krim, sebuah pekerjaan yang dipilihnya untuk bertahan hidup di tengah keterbatasan.

"Saya memilih berjualan es krim di pasar karena tempatnya yang ramai," kata Riski. Meski berada di usia yang dianggap terbatas untuk memulai karier baru, Riski tidak pernah kehilangan semangat. "Kalau buka usaha besar, modalnya belum ada. Jadi, saya mulai dengan yang saya bisa," tambahnya.

Awal mula Riski terjun ke dunia penjualan es krim berawal dari ketidakpastian yang dihadapinya selama pandemi COVID-19. "Waktu itu bingung mau kerja apa, modal juga tidak mencukupi. Jadi, saya coba usaha yang minim modal," jelas Riski. Dari situ, dia mulai berjualan menggunakan gerobak kecil yang dipenuhi dengan berbagai macam es krim.

Baca juga: Jual Tahu Gejrot Khas Cirebon di Batam, Fara Bisa Raup Omzet hingga Rp1 Juta Per Hari

Setiap hari, dengan sebuah gerobak dan berbagai pilihan es krim, Riski menghadapi tantangan cuaca dan dinamika pasar. "Penghasilan saya sekitar Rp 150.000 per hari, tapi kalau hujan, saya tidak bisa jualan," ujarnya, menjelaskan salah satu risiko dalam berjualan es krim.

Namun, tidak sekadar mencari nafkah, bagi Riski, berjualan es krim juga adalah tentang menyebarkan kebahagiaan. "Saya senang melihat wajah bahagia mereka saat menikmati es krim yang saya jual," kata Riski dengan senyumnya yang khas.

Di balik kesederhanaan hidupnya, Riski menemukan kepuasan. Baginya, kebahagiaan tidak diukur dari banyaknya penghasilan, tetapi dari seberapa besar ia dapat berbagi senyum dan kebahagiaan kepada orang lain melalui es krim yang dia jual.

Penulis: Keassy Simanjuntak