Batam, Batamnews - Di sudut ramai Pasar Jodoh, Kota Batam, terdapat sebuah lapak kopi yang sederhana namun penuh dengan cerita. Di balik lapak tersebut, Pak Asril, seorang pria berusia 55 tahun dari Banda Aceh, melayani pelanggan dengan senyum ramah. 

Telah 45 tahun merantau di Batam, Pak Asril membawa kisah perjuangan dan ketekunan yang menginspirasi banyak orang.

Dahulu, Pak Asril dikenal sebagai penjual mie Aceh yang cukup terkenal di Batam. Namun, pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Banyak pelanggannya yang pulang ke Aceh dan tinggalkan Batam, membuat usahanya mengalami kemunduran. Kondisi ini memaksanya untuk berpikir ulang tentang mata pencahariannya.

"Saya pernah memiliki warung mie Aceh yang ramai. Namun, semasa pandemi, banyak pelanggan saya yang kembali ke Aceh. Hal ini membuat saya kehilangan sumber pendapatan," kenang Pak Asril. 

Baca juga: Kelezatan Es Durian Moro Seneng di Batam Bikin Cuan, Raup Omzet Jutaan Per Hari

"Dari situlah, saya memutuskan untuk meminjam uang dan membuka usaha kopi yang harganya terjangkau, hanya Rp 3.000 per gelas."

Dengan modal pinjaman dan dukungan anak-anaknya, Pak Asril memulai usaha kopi di tepi jalan dekat pasar Jodoh. Keputusan ini ternyata membawa angin segar bagi kehidupannya. Meskipun lebih sederhana, usaha kopi ini mampu menghasilkan omzet hingga Rp 1.000.000 per hari.

Kisah Pak Asril merupakan gambaran dari semangat tidak kenal menyerah yang dia miliki. Di tengah kesulitan yang dihadapi, ia tetap optimis dan berusaha mencari peluang baru. Kisahnya mengajarkan bahwa perubahan, meskipun tidak mudah, dapat membuka jalan bagi peluang baru yang tidak terduga.

"Saya tidak pernah menyangka akan berada di posisi ini. Tetapi dengan doa dan tekad yang kuat, saya berhasil mencari jalan keluar," ungkap Pak Asril.

Penulis: Jesika Putri Novela