Menguatkan Anak di Kepri dari Ancaman Bullying

Menguatkan Anak di Kepri dari Ancaman Bullying

Dr. H. Irfan Aulia, M.Psi.

Oleh: Dr. H. Irfan Aulia, M.Psi

Dalam berbagai referensi disebutkan bahwa 
Bullying adalah perilaku negatif yang melibatkan intimidasi, pelecehan, atau kekerasan secara berulang terhadap seseorang. 

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bullying melibatkan kombinasi dari lingkungan, individu, dan faktor sosial. Beberapa faktor termasuk ketidaksetaraan kekuatan, kurangnya pengawasan, dan ketidaknyamanan sosial.

Dampak dari bullying dapat mencakup masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, serta menurunnya prestasi akademis. Korban bullying juga dapat mengalami isolasi sosial dan kesulitan membangun hubungan interpersonal. Sementara bagi pelaku, perilaku bullying dapat mengindikasikan masalah perilaku atau emosional yang perlu ditangani

Dalam kondisi inilah peran orang tua sangat penting dalam mencegah bullying. Dari curhatan orang tua di Kepri akhir-akhir ini isu tentang bullying begitu mencuat. Permintaan ke penulis tentang materi ini juga relatif banyak. Bagaimana orang tua harus menyikapinya?

Baca juga: Menyiasati Kolam Eks Tambang di Bintan

Yang pertama orang tua perlu meningkatkan komunikasi terhadap anak khususnya pada masa-masa kritis yaitu ketika anak sedang mengalami transisi menuju kematangan dan kedewasaan. 

Contohnya saat anak merasa dirinya terlalu gemuk atau saat anak jerawatan atau saat anak tiba-tiba tidak mau sekolah. 

Orang tua dapat bertanya dengan membuka pertanyaan seperti ini "nak bolehkah ayah atau ibu menjadi teman ceritamu atau bolehkah ayah atau ibu bercerita mengenai hal hal yang dulu dialami di sekolah?". 

Terkadang orang tua bertanya kepada anak dengan nada investigative bukan dengan nada penerimaan. Anak perlu mendapatkan penerimaan dari kedua orang tua. Ayah dan ibunya.

Baca juga: Menangkap Peluang Pasar Agribisnis di Tanjungpinang

 

Kedua, anak perlu belajar untuk dapat mengelola komunikasi efektif dalam mencegah bullying. Salah satu tujuan pelaku bullying adalah merendahkan diri. Sebagai contoh saat anak mengalami jerawatan dan diejek. 

Anak diajarkan untuk mengatakan memang saya jerawatan dan saya terima saya sedang mengalami fase jerawatan. Anak juga perlu diajarkan untuk mencari pertolongan saat pelaku bullying melakukan kekerasan fisik. 

Orang tua juga dapat memasukkan anak ke klub beladiri dan olahraga untuk menumbuhkan mental dan menguatkan fisik anak. Anak yang aktif melakukan beladiri dan olahraga akan lebih terlatih untuk tahan banting menghadapi pelaku bullying. Anak yang aktif di klub beladiri dan olahraga juga lebih mudah untuk terhindar menjadi pelaku bullying. 

Ketiga, ketika anak kita menjadi pelaku bullying, jangan benarkan perilaku anak. Anak tetap harus mendapatkan konsekuensi dari perilaku bullying. Namun orang tua jangan memarahi anak di muka umum. 

Baca juga: Psikologi Nabi Sebuah Inspirasi dari Sosok Mulia Nabi Muhammad SAW

Ajak anak untuk bicara dari hati ke hati. Mungkin saja ada hal yang ingin anak sampaikan kepada orang tua namun terhambat sehingga mencari perhatian dengan menjadi pelaku bullying.

Keempat, orang tua perlu untuk senantiasa membuka komunikasi yang intensif dengan pihak sekolah. Hal ini agar terjadi kerja sama antara orang tua dan sekolah. Contohnya dengan bertanya mengenai kondisi anak pada guru kelas. Hadir pada pertemuan orang tua dan guru. Mendorong pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan parenting.

Kelima, orang tua dapat membawa anak ke psikolog. Saat ini mengunjungi psikolog bukanlah hal yang tabu. Sudah menjadi hal yang lumrah orang tua dan anak berkonsultasi baik secara bersama sama atau terpisah dengan psikolog. Dengan pertolongan orang ahli seperti psikolog orang tua dan anak dapat berkolaborasi mencegah perilaku bullying.

Itulah saran penulis untuk orang tua di Kepri, semoga bermanfaat dan kita bisa menguatkan anak-anak terhadap bullying.

Penulis adalah seorang Psikolog Muda di Kepulauan Riau.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews