Pelemahan Rupiah dan Konsumen yang Was-was, Bagaimana Nasib Harga Tiket Pesawat?

Pelemahan Rupiah dan Konsumen yang Was-was, Bagaimana Nasib Harga Tiket Pesawat?

Ilustrasi

Jakarta, Batamnews - Pelemahan nilai tukar Rupiah yang hampir mencapai Rp 16.000 per dolar AS turut berdampak pada industri maskapai penerbangan di Indonesia, dan konsumen pun mulai merasa khawatir karena potensi kenaikan harga tiket. 

Dikutip dari kumparan Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi), Alvin Lie, menyoroti permasalahan ini, menjelaskan bahwa nilai tukar Rupiah telah menjadi tantangan serius bagi maskapai, mengingat biaya operasi mereka sangat tergantung pada valuta asing.

Menurut Alvin, ada tiga unsur utama biaya operasi maskapai yang menyumbang sekitar 66 persen dari total biaya. Di antaranya, biaya bahan bakar avtur mencapai sekitar 36 persen, biaya pemeliharaan sekitar 16 persen, dan biaya sewa pesawat atau penyusutan sekitar 14 persen.

Baca juga: Rupiah Hari ini Mendekati Rp16.000 per Dolar, Pemerintah Segera Umumkan KSSK
 
"Pemeliharaan tidak lepas dari suku cadang yang memakai Dolar atau Euro, sewa pesawat juga melibatkan valuta asing, avtur juga mengikuti fluktuasi kurs. Jadi, ketika Rupiah melemah, ini menjadi beban serius bagi maskapai di Indonesia, terutama yang mengandalkan rute domestik," ungkap Alvin dalam seminar Apjapi pada Jumat (27/10).

Lebih lanjut, Alvin menjelaskan bahwa maskapai di Indonesia sangat bergantung pada rute domestik dibandingkan dengan rute internasional, sehingga pendapatan perusahaan mereka mayoritas dalam mata uang Rupiah. Sementara itu, sebagian besar pengeluaran maskapai menggunakan Dolar atau Euro.

Di sisi lain, harga tiket pesawat saat ini telah diatur oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam ketentuan tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB) sejak 15 Mei 2019, atau sudah 4,5 tahun yang lalu.

Baca juga: Ekonom: Rupiah Melemah diangka Rp15.888 Tapi Indonesia Tetap Kuat, Tidak Akan Krisis

"Sementara asumsi-asumsi dasar telah berubah. Pada saat itu, harga avtur adalah Rp 9.243 per liter di Bandara Soekarno Hatta, dan nilai tukar saat itu adalah Rp 14.520 per dolar AS," jelas Alvin.

Saat ini, harga avtur yang berlaku dari 15 hingga 31 Oktober 2023 di Bandara Soekarno Hatta mencapai Rp 15.003 per liter dengan kurs yang berada di kisaran Rp 15.900 per dolar AS. 

Alvin menyoroti kenaikan yang signifikan ini dan mengatakan bahwa harga tiket pesawat tidak boleh naik, tetapi ketentuan batas atas masih tetap sama. Meskipun demikian, konsumen masih merasa berat dengan situasi ini dan berharap harga tiket bisa turun.

Selain masalah nilai tukar Rupiah, maskapai penerbangan juga menghadapi peningkatan biaya lain, seperti biaya sewa fasilitas bandara dan kenaikan PPN menjadi 11 persen. 

Alvin berpendapat bahwa Kementerian Perhubungan seharusnya memberikan solusi yang adil bagi maskapai agar mereka tidak terpuruk, sambil tetap mempertimbangkan kepentingan konsumen. 
"Masyarakat membutuhkan harga tiket yang lebih terjangkau. Hanya saja, kami khawatir bahwa jika tiket tidak naik, maskapai akan mengurangi pelayanannya dan hanya mengoperasikan rute-rute yang menguntungkan, dan akhirnya konsumen yang akan merugi," tegas Alvin.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews