Menyelami Warisan Sejarah Tanjungpinang di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah

Menyelami Warisan Sejarah Tanjungpinang di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah

Ketua Museum saat menjelaskan beberapa koleksi museum

Tanjungpinang, Batamnews - Saat berkunjung ke Kota Tanjungpinang, jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi sejarah dan budaya kota ini di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah (SSBA), yang terletak di Jalan Ketapang No.2, Kemboja, Tanjungpinang Barat. 

Museum ini merupakan destinasi wisata yang dapat membawa Anda kembali pada perjalanan sejarah yang kaya dan budaya yang beragam yang ada di Tanjungpinang.

Dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah telah menjadi cagar budaya yang berharga bagi kota ini. 

Diresmikan pada 31 Januari 2009 oleh ibu Suryatati A. Manan, Wali Kota Tanjungpinang pada masa itu, museum ini memiliki ribuan koleksi benda-benda bersejarah yang mencerminkan kehidupan dan budaya masa lalu.

Baca juga : Tanjung Unggat: Merunut Jejak Sejarah Hingga Mengatasi Ancaman Narkoba

Awalnya, gedung yang kini menjadi Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah adalah gedung Sekolah Tingkat Dasar pada masa kolonial Belanda tahun 1918 dengan nama Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Selama masa Jepang, namanya diganti menjadi Futsuko Gakko. 

Setelah kemerdekaan, gedung ini terus berfungsi sebagai Sekolah Rakyat dan akhirnya menjadi SD 01 hingga tahun 2004.

Muhammad Nazri, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, menjelaskan bahwa gedung ini memiliki nilai sejarah sebagai awal pendidikan di Tanjungpinang. 

Oleh karena itu, gedung tersebut diubah menjadi Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, yang menjadi rumah bagi berbagai koleksi penting.

Baca juga : Sejarah Pengibaran Bendera Bersejarah di Tanjungpinang: Persatuan dan Identitas yang Terabadikan

Hingga tahun 2022, museum ini telah mengumpulkan sekitar 2.613 koleksi benda-benda bersejarah yang berasal dari berbagai sumber. 

Koleksi ini mencakup perhiasan, senjata, peralatan rumah tangga, keramik, kendi, piring, guci, artefak, miniatur, foto-foto bersejarah, catatan dan naskah kuno, seni lukis, seni grafis, koin, cap/stempel, hingga artefak zaman prasejarah seperti kapak genggam, kapak batu, dan beliung persegi yang terbuat dari andesit.

Nazri menjelaskan bahwa koleksi-koleksi tersebut terbagi menjadi delapan klasifikasi yang berbeda, seperti etnografi, keramologika, teknologika, historika, seni rupa, filogika, arkeologika, numismatika, dan heraldika.

Pada hari jadinya ke-14 Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah pada 31 Januari 2023, yang lalu museum ini mengadakan malam keakraban dengan pelaku seni di Tanjungpinang. Acara ini merupakan kesempatan untuk berdiskusi dan memberikan apresiasi kepada mereka yang telah menyumbangkan koleksi bersejarah kepada museum.

Baca juga :

Ivan Kurniawan, Kepala Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, menyatakan bahwa setelah masa pandemi, museum telah merancang berbagai program untuk meningkatkan kunjungan masyarakat, terutama pelajar. 

Beberapa kegiatan yang disusun meliputi pameran temporer yang bersamaan dengan Hari Museum Nasional pada 12 Oktober, serta berbagai lomba seperti fotografi, vlog, melukis, membaca hikayat, berpantun untuk pelajar SD dan SMP, serta sosialisasi terkait museum.

Ia menekankan bahwa museum ini adalah tempat yang memuat rekaman masa lalu dan warisan budaya Kota Tanjungpinang, yang berfungsi sebagai sumber pengetahuan bagi generasi muda dan masyarakat secara umum.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews