Sejarah Pengibaran Bendera Bersejarah di Tanjungpinang: Persatuan dan Identitas yang Terabadikan

Sejarah Pengibaran Bendera Bersejarah di Tanjungpinang: Persatuan dan Identitas yang Terabadikan

Tugu Proklamasi di Kota Tanjungpinang yang berada tepat di pintu masuk dan keluar Pelabuhan Sri Bintan Pura

Tanjungpinang, Batamnews - Tanjungpinang, sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya, baru-baru ini memperingati momen penting dalam masa lalunya yang telah lama tersembunyi dalam relatif ketidakjelasan. 

Meskipun Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, berita tentang peristiwa bersejarah ini membutuhkan waktu untuk mencapai pesisir Tanjungpinang, sebuah wilayah yang dulu menjadi pusat kebangsawanan Riau.

Perjalanan proklamasi kemerdekaan Indonesia menuju Tanjungpinang ditandai oleh keterlambatan dan perubahan arah. Wilayah ini berada di bawah kendali kekuatan kolonial yang berbeda, menyebabkan perbedaan pendapat di antara penduduknya. 

Ketika kabar mencapai Riau, khususnya Tanjungpinang dan daerah sekitarnya, masyarakatnya mengalami tarik-menarik antara dua keinginan yang kuat. 

Baca juga : Indonesia Satu-satunya Negara Merdeka Berkat Perjuangan Sendiri: Menteri Mahfud MD

Di satu sisi, terdapat keinginan untuk Kepulauan Riau (sebelumnya Riau) bergabung dengan Singapura, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Inggris. Di sisi lain, ada kerinduan untuk menjadi bagian dari Indonesia, dipicu oleh ikatan sejarah Tanjungpinang dengan warisan Nusantara.

Kedua keinginan itu memiliki alasan yang sama kuatnya. Aspirasi untuk bergabung dengan Indonesia didasarkan pada signifikansi sejarah Tanjungpinang dan Kepulauan Riau (sebelumnya Riau) sebagai bagian integral dari kepulauan Indonesia. 

Sebaliknya, keinginan untuk bersatu dengan Singapura didorong oleh hubungan kekerabatan dan ikatan budaya yang erat yang terbentuk antara masyarakat Tanjungpinang dan Kepulauan Riau (sebelumnya Riau) dengan Singapura pada saat itu.

Istilah "Sijori" mungkin terdengar familiar, sering disebut sebagai segitiga emas Asia Tenggara. Istilah ini, yang pernah populer di Tanjungpinang dan wilayah Riau yang lebih luas, adalah singkatan dari Singapura, Johor, dan Riau. 

Baca juga : Semarak Upacara Taptu dan Pawai Obor: Natuna Meriahkan HUT ke-78 RI dengan Semangat Nasionalisme

Tiga wilayah ini membentuk jaringan perdagangan simbiosis yang mendorong perekonomian mereka ke tingkat yang tinggi. Mengapa Riau termasuk? Terutama karena Riau, sama seperti Singapura dan Johor, adalah wilayah kolonial yang strategis di bawah kekuasaan Inggris, memfasilitasi perdagangan dan aktivitas ekonomi yang kuat.

Di tengah dorongan dan tarik-menarik keinginan ini dalam masyarakat, Mochtar Husein, Ketua Dewan Riau, bersama rekannya, dengan berani memperjuangkan inklusi Kepulauan Riau (sebelumnya Riau) dalam wilayah kedaulatan Indonesia. Keinginan mereka diterima dengan persetujuan dan dukungan penuh dari Presiden Soekarno.

Dalam peristiwa bersejarah yang signifikan, kedaulatan Kepulauan Riau (sebelumnya Riau) dialihkan ke Indonesia pada tahun 1949, membawa pada momen yang mirip dengan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Untuk memperingati acara bersejarah ini, sebuah acara simbolis diadakan pada 29 Desember 1949, di Tanjungpinang. 

Bendera yang pernah berkibar pada tahun 1945 direka ulang dan dikibarkan untuk pertama kalinya di sebuah rumah yang terletak di depan Gedung Daerah. Kini, rumah ini telah berubah menjadi Monumen Proklamasi Tanjungpinang. Berdiri di antara pintu masuk dan keluar Pelabuhan Sri Bintan Pura, monumen ini menjadi bukti nyata akan pentingnya sejarah kota ini.

Pada tahun 2017, Monumen Proklamasi Tanjungpinang diubah menjadi taman, memberikan kesempatan bagi penduduk lokal dan wisatawan untuk mengunjungi dan meresapi sejarah yang kaya yang diwakilinya. Saat Tanjungpinang terus berkembang, sejarah berharga ini tetap menjadi fokus utama, menjadi bukti persatuan, identitas, dan semangat abadi dari penduduknya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews