Legenda Pulau Dedap Durhaka, Kisah `Malin Kundang` di Meranti

Legenda Pulau Dedap Durhaka, Kisah `Malin Kundang` di Meranti

Pulau Dedap Durhaka. (Foto: Google Maps/Ikrom L Kersani)

Meranti, Batamnews - Salah satu pulau yang memiliki cerita legenda yang berada di Selat Bengkalis, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, yakni Pulau Dedap Durhaka.

Konon, di pulau ini dikenal legenda seorang anak yang merantau meninggalkan ibunya, lalu setelah kaya ia malu dan tak mengakui status ibunya. Cerita ini, sama seperti Malin Kundang, di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

Karena itu, Dedap mendapatkan kutukan dari ibunya sehingga kapal yang ia tumpangi diterjang angin dan badai hingga tenggelam.

Di kapal itu berisi Dedap, istrinya, para hulubalang dan kekayaan yang dimiliki Dedap. Setelah kapal tenggelam, muncul lah pulau yang bentuknya menyerupai kapal.

Orang-orang menyebutnya Pulau Dedap atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pulau Dedap Durhaka. Sepintas, cerita ini mirip dengan Cerita Rakyat Malin Kundang.

Punya pemandangan yang indah

Terlepas dari legendanya, namun Pulau Dedap Durhaka memang mampu membuat pengunjung enggan pulang dari sini karena pemandangannya yang indah.

Hal yang membuat Pulau Dedap Durhaka sering dijadikan sebagai spot wisata utama adalah karena suasana romantis yang sangat kental.

Karena itu, jika Anda mengunjungi pulau yang populer ini, terkadang akan menemui beberapa pasangan yang sering menghabiskan waktu bersama di sini.

Ada berbagai macam deretan pepohonan di Pulau Dedap Durhaka yang besar dan mengelilingi pulau, sehingga membuat udara yang ada di sekelilingnya menjadi sangat sejuk.

Tidak hanya itu, di pulau ini juga terdapat pohon mangga unik yang jarang ditemukan pada pulau lainnya. Anda bisa memetik buah mangga yang berada di bagian lebih tinggi karena biasanya rasanya jauh lebih manis.

Melansir berbagai sumber, yang juga menjadi kepercayaan turun-temurun, di pulau ini terdapat sebatang pohon mangga yang konon katanya merupakan penjelmaan dari orang tua Dedap, yang akhirnya menyesali kutukannya sendiri.

Di pohon ini tinggal sepasang kera yang menjadi penunggu pohon. Pelam yang berasal dari pohon ini cukup unik. Di bagian atas buahnya terasa manis, sementara di bagian bawah, buah pelam yang dihasilkan terasa asam.

Menurut kepercayaan warga setempat, rasa asam melambangkan perasaan ibunya yang sakit hati dan marah karena tidak diakui sebagai seorang ibu.

Sementara rasa manis yang ada pada bagian atas pohon melambangkan sikap ayah sang anak, Dedap yang pada akhirnya masih memaafkan dan mengampuni anaknya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews